Jumat, 07 Juni 2019

S A L I

kutampik pecah fajar penghabisan
rembulan pucat lesi, risau menanti
pagi
halimun menggigil dihela dari ujung
langit dan membungkam di pucuk bukit
tersedaklah udara
kukatupkan telinga
tak terdengar lagi tangis kanak-kanak
lapar dan dahaga
pun sang bapak yang kekar dan perkasa
tak akan mengubah tangan bagai cemeti
dan mencambuk dengan keji
melukai ulu hati
: ketika babi-babi dibayarkan sebagai
mahar pada hari perkawinan
seorang perempuan hanyalah budak
kehidupan!
kebebasan menguap bersama kabut mimpi
dan menepi dikoyak sepi
kukenakan batu-batu sebagai pakaian
penghabisan, kutinggalkan sali* di
tepian sunyi
angin menghunjamkan tubuhnya
pada permukaan air kali
gelombang memanggilku
: “ayo, telah kutunggu hari kematianmu!”
rasa sakit menolakku dari bibir jurang
tubuhku seakan ringan kapas, terjungkal
dan melayang
kujemput ambang takdir, kutembus pintu ajal
sampailah aku pada sebuah
pembebasan ….


*Sali: pakaian adat wanita Suku Dani
Sebuah catatan dalam perjalanan ke Wamena,Februari 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

--Korowai Buluanop, Mabul: Menyusuri Sungai-sungai

Pagi hari di bulan akhir November 2019, hujan sejak tengah malam belum juga reda kami tim Bangga Papua --Bangun Generasi dan ...