Jumat, 07 Juni 2019

H U J A N

pada terik sang maha zaman alam mengaduh serupa kesedihan 
yang menjerit ketika petir menyambar
mendung terbelah
langit retak
gerimis luruh dari cucuran air mata
seribu peri yang terisak karena pedih duka hati
--aku cuma rinai yang jatuh di atas genting lalu
menyatu serupa kata seru
“tik…tak…tik…tak….”
basah sudah ladang ladang petani
penuh pula guci para pengungsi
aku menjawab dahaga akan
takdir sekalian prajurit
nan meregang nyawa di medan
pertempuran untuk kalah atau menang
aku terus mengaliri seribu anak sungai
menggelegak
bermuara di seluruh lepas pantai
: guruh menggelegar
angin menggeram
bidadari tak henti tersedu
aku tetap berjatuhan
terpelanting di atas tanah gersang
gugur pada jiwa yang merintih
dan
kering
kerontang
lalu bergemuruh menjadi banjir bandang



Agats – Asmat, 28 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

--Korowai Buluanop, Mabul: Menyusuri Sungai-sungai

Pagi hari di bulan akhir November 2019, hujan sejak tengah malam belum juga reda kami tim Bangga Papua --Bangun Generasi dan ...