Jumat, 07 Juni 2019

K E R E T A




mengapa engkau letih berpacu
wahai congklang kuda-kudaku?
cemeti telah serak melolong
pun gumpalan debu kini menunggu untuk
terbang dari merdu ketipak ladam kakimu
sekalian penumpang resah menanti
bukankah telah membatu cucuran keringatku
bagi sekeranjang penuh
makanan kegemaranmu?
hijau sabana telah mengabur di batas
kejauhan dan mengeras menjadi panas aspal
jalan jalanan
tanpa lincah gerak tubuhmu, maka akan
gugur seluruh hari-hariku
duhai kuda kesayanganku, mengapa
engkau melepas kekesalan dengan menghantamkan
akhir kehidupan penyeberang jalan,
adakah harta yang dapat kugadaikan
untuk dapat menebus harga kematian
seorang yang tak kukenal
kusiksa seluruh tubuhmu bagi luapan
seluruh rasa geram, tak tersisa belas kasih
bahkan ketika darah mengucur deras
sebagai tetes air mata sesal
saat ajal meregang, tubuhmu remuk
pada hembusan nafas penghabisan, pada
waktu yang bersamaan langit di atas kepalaku
runtuh berserakan!


Temanggung, 1980

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

--Korowai Buluanop, Mabul: Menyusuri Sungai-sungai

Pagi hari di bulan akhir November 2019, hujan sejak tengah malam belum juga reda kami tim Bangga Papua --Bangun Generasi dan ...