: kuhitung sisa langkahmu pengkhianat!
kala detak jam dinding menggigil menjadi musuh sekaligus sahabat
jarak tak terelakkan
moncong revolver masih kalap menatap
si-aku tak bisa menjadi halimun yang meronta
dalam gerak absurd lalu jenuh sebagai rinai gerimis
udara tetap dingin yang membeku pada titik embun
lalu murca kembali kepada senyap
juni mengatup dalam kabut
--masihkah
Engkau di sana, bersiteguh dalam maha benar kata-kata?
malam yang mengukuhkan pertanyaan
kelam tanpa jawab
lidah kelu menolak kata
andai dapat kuloncati masa
maka akan kubenamkan lembing pada
sosok musuh sesungguhnya
Agats – Asmat, Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar