Jarak Taman Sari dari lingkungan Kraton Yogya hanya beberapa
menit, dapat ditempuh dengan menumpang becak atau bentor – becak motor,
cukup membayar Rp. 20,000,00. Penarik becak akan mengantar pada seorang
pemandu untuk berkeliling, menerangkan fungsi setiap sudut serta
arsitektur taman yang berumur hampir tiga abad. Beberapa langkah
kemudian ketika wisatawan dipandu berjalan berkeliling melewati jalan
sempit di antara rumah penduduk sebelum akhirnya sampai di pintu
gerbang, harga tiket untuk turis domestik Rp. 5,000,00, turis asing Rp.
7,000,00. Wisatawan akan segera merasa berpulang ke masa lampau, pada
kehidupan Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758, ketika Taman Sari
dibangun sesuai dengan tahun pembangunan Kraton Yogya.
Bagian pertama dari Taman Sari adalah Gapura Panggung, lebih
dua abad yang lalu, dari atas Gapura ini Sultan biasa menyaksikan
tari-tarian yang dipentaskan pada taman di bawahnya. Bangunan artistik
di samping taman adalah tempat para penabuh gending, di tengah-tengah
taman didirikan panggung tempat para penari menunjukkan seni tari yang
indah dan santun. Tak jauh dari Gapura Panggung tampak anak tangga dan
pintu lengkung dengan cat dinding berwarna krem. Adalah materi bangunan
yang tidak tetap menyatu dengan materi bangunan kuno lebih dua abad yag
lalu. Meskipun direnovasi Taman Sari tak dapat melepaskan tekstur warna
dinding yang kuno. Di balik pintu lengkung tampak gemericik air mancur
terjatuh di atas permukaan air kolam yang jernih dengan dasar kolam
berwarna biru. Adalah tiga kolam pemandian Umbul Kawitan -- kolam untuk
putra-putri Sultan, Umbul Pamuncar -- kolam untuk para selir, dan Umbul
Panguras -- kolam untuk Sultan.
Di menara , ruang pribadi Sultan masih tersimpan sebuah bejana. Kala
itu bejana akan selalu berisi air jernih yang berfungsi sebagai cermin.
Lebih dua abad yang lalu, seorang wanita cantik akan menundukkan
kepalanya, memperbaiki tata rias wajah dan sanggul, merapikan busana,
bersiap menemui Sultan. Cermin belum lagi sampai ke Tanah Jawa, maka air
di dalam bejana secara otomatis akan memantulkan bayangan nyata dari
pemilikmya. Di atas ruang rias masih terdapat satu ruangan mungil di
lantai ketiga yang dapat dicapai dengan melewati anak tangga kayu jati.
Dari lantai ini, melalui bingkai jendela, mentari tampak memantulkan
sinar dari kolam di bawahnya, seluruh area Taman Sari tampak dengan
jelas, indah, dan mengesankan.
Turun dari atas menara pemandu akan membawa wisatawan menuju Gapura
Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang dikendarai Sultan dan
keluarganya menuju Taman Sari. Gapura didominasi ornamen bunga dan sayap
burung, tak jauh dari Gapura Agung berdiri Pesanggrahan sebagai tujuan
berikut. Waktu itu, sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di tempat
ini. kali ini, setelah hampir tiga abad, suasana di pesanggrahan masih
terasa senyap dan hening, seakan membahasakan suasana kala Sultan tengah
bersemedi, memuja Sang Pencipta Langit dan Bumi. Di tempat ini pula
senjata dan pakaian perang disimpan, keris-keris disucikan. Adapun di
pelataran para prajurit biasa berlatih pedang.
Wisatawan seakan kembali ke masa lampau pada tahun 1758, setelah
Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat
pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi
yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di
tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai
Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah
sebuah umbul -- mata air. Untuk menghormati jasa istri-istri
Sultan karena telah membantu selama masa peperangan, beliau
memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan
Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran -- danau buatan dihiasi aneka bunga yang menebarkan aroma mewangi, tempat yang indah itu disebut dengan nama Taman Sari.
Wisata Taman Sari usai sudah, wisatawan dapat menruskan langkah
berikutnya menuju Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Ayo, mari kita
pergi ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar