malam meledak menjadi peluru atau aku telah mati:
bisu! pucuk surat penghabisan tertulis dari lumuran darah yang
berlepotan, 'mengapa tak engkau kirimkan undangan pada meriah pesta
perjamuan? denting piano menjerit menjadi nisan bagi kematian --ah
kesombongan, yang kembali menampakkan taringnya dan dapat mengoyak apa
saja, tak lagi dapat kudengar kata, bahkan kidung pungkasan ketika pintu
keranda dikatupkan, cuma tetes embun yang letih meninggalkan kelam,
hari ini aku cuma serpihan --sekumpulan tulang belulang,
Agats - Asmat, 10 Oktober 2012
Agats - Asmat, 10 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar