jingga rembulan akhirnya beralih rupa, semakin
membara, semakin saga lalu tercabik meneteskan darah : bukankah si-aku
telah tahu akan perceraian itu, waktu yang tak pernah abadi, dan terali
nan menjerat kaki? menang yang direlakan terbayar getir kekalahan, pun
malam semakin kelam seakan helai selimut maha hitam gemetar
dibentangkan, "jangan pernah mengharap!" bahkan kelopak kembang perlu
berpuluh tahun mekar, tapi angin yang marah merenggut tangkai kembang
layu berserakan --hapuskan segala dari ingatan, seperti lidah ombak
memburu pesisir menjilati sebuah nama di atas pasir
--rembulan kini retak terhuyung perlahan tiada, jelaga pekat
berleleran mendustai kunang kunang, tapi yakinlah gelap terpanjang pun
tak akan pernah dapat menampik fajar
Agats - Asmat, 1 Agustus 2012
Agats - Asmat, 1 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar