Perjalanan dari Hanoi, ibu kota Vietnam ke Ha Long Bay
menempuh sekitar 165 Km jarak melalui jalan licin beraspal. Di sepanjang
jalan tampak pengendara kendaraan bermotor mengenakan caping, membawa
ternak serta hasil bumi. Pada beberapa titik tampak pengrajin
mengembangkan keramik dari bahan dasar bubuk kapur , sawah ladang
membentang hingga akhirnya terhirup udara beraroma garam laut.
Perjalanan cukup panjang pasti melelahkan, akan tetapi aneka rumah makan
bersedia menyajikan beragam kuliner yang panas dan lezat, di antaranya
adalah bubur sea food. Di seputar restaurant penjaja mutiara ramai
bertransaksi dengan sekalian turis baik asing mupun domestic. Butiran
mutiara itu berwarna putih dan gelap, diuntai menjadi gelang atau kalung
dalam beragam model, ditawarkan dengan fluktuasi harga melalui tawar
menawar. Penjaja mutiara menerima Vietnam Dong serta Dollar Amerika,
kedua mata uang itu berlaku bagi semua transaksi di Vietnam.
Ha Long Bay adalah salah satu destinasi wisata di Vietnam, tepatnya
terletak di Teluk Tonkin, Provinsi Quang Ninh, in the northeast of
Vietnam. Destinasi wisata ini memiliki areal seluas 43,400 ha and
including over 1600 islands. Bermacam kelas hotel sedia membuka pintu,
dari penginapan kelas bersahaja, menengah hingga gedung menjulang
bergaya post modernisme berbintang-bintang. Kecil kemungkinan untuk
berkunjung ke Ha Long Bay tanpa menginap, karena posisi yang cukup jauh
dari ibu kota. Dari teras hotel bertingkat, air laut tampak membiru
seindah batu safir, suasana sekitar tenang, jauh dari riuh rendah deru
kendaraan bermotor. Pusat hiburan malam tersedia pula di tempat ini,
turis yang menggemari kehidupan malam berpeluang untuk relaksasi dengan
mendengarkan music serta berdansa.
Pagi hari setelah cukup beristirahat, sebuah feri bergaya
tradisional serta pemandu telah menunggu di dermaga. Sementara feri
menunggu kepastian bergeraka ibu-ibu penjaja mutiara kembali mendatangi
turis, menawarkan aneka model untaian kalung serta gelang mutiara.
Transaksi terjadi dalam bahasa isyarat serta bahasa Inggris yang
terpatah-patah atau melalui seorang pertejemah untuk mencapai
kesepakatan. Kecuali destinasi wisata Ha Long Bay adalah penghasil
mutiara, perhiasan yang melambangkan ketulusan hati. Ketika feri bersiap
melaju, sekalian penjaja mutiara segera meninggalkan tempat untuk m
enawarkan perhiasan pada feri yang lain.
Pada menit-menit pertama feri bergerak, suasana tampak biasa saja,
tidak ada sesuatu yang istimewa, kecuali ombak yang berbuih dalam
kesiur angin. Wisatawan yang berpapasan melambai sambil tersenyum ramah
meski kami tidak saling mengenal. Sementara perahu-perahu kecil tampak
melaju, sarat berisi buah-buahan tropis. Angin semakin kencang.
Beberapa menit kemudian tampak pulau-pulau kecil tanpa penghuni
ditumbuhi hijau pepohonan yang tinggi menjulang. Semakin jauh feri
bergerak pulau-pulau kecil tampak semakin banyak dengan bentuk serupa
namun tak sama. Di kejauhan pulau-pulau itu tampak samar diliputi kabut
seakan berselubung misteri. Ketika feri mendekat misteri itu masih
tetap menyelubungi ribuan pulau-pulau yang lain, nun jauh di sana.
Seluruh penumpang feri terpana. Gugusan pulau ini berjumlah sekitar
1.600 buah, tampak seakan batu zamrut berserakan di atas sehelai kain
maha luas berwarna biru. Gugusan pulau nan indah itu seakan tak pernah
habis, semakin lama semakin banyak dengan bukit-bukit yang tinggi
menjulang. Masing-masing wisatawan sibuk menjepretkan kamera untuk
mengabadikan gambar sebagai bukti, kami pernah sampai di tempat yang
menakjubkan ini.
Akhirnya feri berhenti pada sebuah pulau yang paling besar, kami
turun beriringan untuk menyaksikan keajaiban alam yang berbeda. Ialah
gua yang sangat besar dan panjang yang telah dibangun secara sistematis
dengan menyesuaikan kondisi alam. Lorong panjang buatan alam itu
akhirnya sampai pada sebuah ujung, langit terbuka yang memberikan udara
sejuk. Beberapa pedagang menjual souvenir, kerajinan tangan dari kulit
kerang, mutiara, gantungan kunci, perangko, dan kartu pos. Kami tak bisa
berlama-lama di tempat ini. Feri menunggu untuk perjalanan kembali.
Rasa lelah terobati dengan aneka hidangan, sea food, sayur mayur,
buah-buahan serta minuman segar yang diolah seorang ahli dengan cita
rasa yang terlalu lezat, sulit untuk diucapkan. Kami mencicipi tiap-tiap
menu tanpa merasa bosan hingga perut terasa sesak kemudian kembali ke
geladak untuk menyaksikan kemegahan alam yang jarang ditemui pada sudut
dunia yang lain. Laut yang biru serta ribuan pulau berserakan berselimut
kabut. Di Indonesia destinasi semacam ini terdapat di Raja Ampat,
Sorong, Papua. Akan tetapi saya yang menetap di Asmat hamper 20 tahun
bahkan belum pernah sampai ke gugusan pulau itu kecuali foto-foto yang
bertebaran di media social.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar