Senin, 10 Juni 2019

HA LONG BAY, VIETNAM --Gugusan Seribu Pulau

 




   
Perjalanan dari Hanoi, ibu kota Vietnam ke Ha Long Bay menempuh sekitar 165 Km jarak melalui jalan licin beraspal. Di sepanjang jalan tampak pengendara kendaraan bermotor mengenakan caping, membawa ternak serta hasil bumi. Pada beberapa titik tampak pengrajin mengembangkan keramik dari bahan dasar bubuk kapur , sawah ladang membentang hingga akhirnya terhirup udara beraroma garam laut. Perjalanan cukup panjang pasti melelahkan, akan tetapi aneka rumah makan bersedia menyajikan beragam kuliner yang panas dan lezat, di antaranya adalah bubur sea food. Di seputar restaurant penjaja mutiara ramai bertransaksi dengan sekalian turis baik asing mupun domestic. Butiran mutiara itu berwarna putih dan gelap, diuntai menjadi gelang atau kalung dalam beragam model, ditawarkan dengan fluktuasi harga melalui tawar menawar. Penjaja mutiara menerima Vietnam Dong serta Dollar Amerika, kedua mata uang itu berlaku bagi semua transaksi di Vietnam.
Ha Long Bay adalah salah satu destinasi wisata di Vietnam, tepatnya terletak di Teluk  Tonkin, Provinsi Quang Ninh, in the northeast of Vietnam. Destinasi wisata ini memiliki areal seluas  43,400 ha and including over 1600 islands. Bermacam kelas hotel sedia  membuka pintu, dari penginapan kelas bersahaja, menengah hingga gedung menjulang bergaya post modernisme berbintang-bintang. Kecil kemungkinan untuk berkunjung ke Ha Long Bay tanpa menginap, karena posisi yang cukup jauh dari ibu kota. Dari teras hotel bertingkat, air laut tampak membiru seindah batu safir, suasana sekitar tenang, jauh dari riuh rendah deru kendaraan bermotor. Pusat hiburan malam tersedia pula di tempat ini, turis yang menggemari kehidupan malam berpeluang untuk relaksasi dengan mendengarkan music serta berdansa.
Pagi  hari setelah cukup beristirahat, sebuah feri bergaya tradisional serta pemandu telah menunggu di dermaga. Sementara feri menunggu kepastian bergeraka ibu-ibu penjaja mutiara kembali mendatangi turis, menawarkan aneka model untaian kalung serta gelang mutiara. Transaksi terjadi dalam bahasa isyarat serta bahasa Inggris yang terpatah-patah atau melalui seorang pertejemah untuk mencapai kesepakatan. Kecuali destinasi wisata Ha Long Bay adalah penghasil mutiara, perhiasan yang melambangkan ketulusan hati. Ketika feri bersiap melaju, sekalian penjaja mutiara segera meninggalkan tempat untuk m enawarkan perhiasan pada feri yang lain.
Pada menit-menit pertama feri bergerak, suasana tampak biasa saja, tidak ada sesuatu yang istimewa, kecuali  ombak yang berbuih dalam kesiur angin. Wisatawan yang  berpapasan melambai sambil tersenyum ramah meski kami tidak saling mengenal. Sementara perahu-perahu kecil tampak melaju, sarat berisi buah-buahan tropis. Angin semakin kencang.
Beberapa menit kemudian tampak pulau-pulau kecil tanpa penghuni ditumbuhi hijau pepohonan yang tinggi menjulang. Semakin jauh feri bergerak pulau-pulau kecil tampak semakin banyak dengan bentuk serupa namun tak sama. Di kejauhan pulau-pulau  itu tampak samar diliputi kabut seakan berselubung misteri. Ketika feri mendekat misteri itu masih tetap menyelubungi ribuan pulau-pulau yang lain, nun jauh di sana. Seluruh penumpang feri terpana. Gugusan pulau ini berjumlah sekitar 1.600 buah, tampak seakan batu zamrut berserakan di atas sehelai kain maha luas berwarna biru. Gugusan pulau nan indah itu seakan tak pernah habis, semakin lama semakin banyak dengan bukit-bukit yang tinggi menjulang. Masing-masing wisatawan sibuk menjepretkan kamera untuk mengabadikan gambar sebagai bukti, kami pernah sampai di tempat yang menakjubkan ini.
Akhirnya feri berhenti pada sebuah pulau yang paling besar, kami turun beriringan untuk menyaksikan keajaiban alam yang berbeda. Ialah gua yang sangat besar dan panjang yang telah dibangun secara sistematis dengan menyesuaikan kondisi alam. Lorong panjang buatan alam itu akhirnya sampai pada sebuah ujung, langit terbuka yang memberikan udara sejuk. Beberapa pedagang menjual souvenir, kerajinan tangan dari kulit kerang, mutiara, gantungan kunci, perangko, dan kartu pos. Kami tak bisa berlama-lama di tempat ini. Feri menunggu untuk perjalanan kembali.
Rasa lelah terobati dengan aneka hidangan, sea food, sayur mayur, buah-buahan serta minuman segar yang  diolah seorang ahli dengan cita rasa yang terlalu lezat, sulit untuk diucapkan. Kami mencicipi tiap-tiap menu tanpa merasa bosan hingga perut terasa sesak kemudian kembali ke geladak untuk menyaksikan kemegahan alam yang jarang ditemui pada sudut dunia yang lain. Laut yang biru serta ribuan pulau berserakan berselimut kabut. Di Indonesia destinasi semacam ini terdapat di Raja Ampat, Sorong, Papua. Akan tetapi saya yang menetap di Asmat hamper 20 tahun bahkan belum pernah sampai ke gugusan pulau itu kecuali foto-foto yang bertebaran di media social.


                                                                            ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

--Korowai Buluanop, Mabul: Menyusuri Sungai-sungai

Pagi hari di bulan akhir November 2019, hujan sejak tengah malam belum juga reda kami tim Bangga Papua --Bangun Generasi dan ...