Pangeran Wang So telah melakukan sesuatu tanpa perlu
berucap panjang, betapa ia tak akan mampu kehilangan dayang ini tanpa
perlu mengetahui bagaimana sesungguhnya perasaan Hae Soo. Setelah
sentuhan lembut pada bibir yang indah itu, Pangeran Wang So melepaskan
dekapan. Ia memandangi jemari lentik Hae Soo, satu pertanyaan muncul, mengapa dayang ini tampak sedemikian takut? Erat Pangeran Wang So memegang tangan Hae Soo, membawanya menunggang kuda.
Tanpa sengaja Pangeran Wang Jung melihat bayangan Hae Soo dan Pangeran Wang So berkelebat di atas kuda, ”Apa yang telah
berlaku? Kemana mereka pergi?”Pangeran Wang Jung tidak mau membuang
waktu, ia harus segera menyampaikan hal ini kepada Pangeran Wang Wook.
“Saya melihat So dan Soo pergi menunggang kuda meninggalkan istana. Apa yang telah terjadi?”
”Meninggalkan istana? Benarkah?” Pangeran Wang Wook nyaris tak percaya.
”Saya yakin. Mungkinkah saya tidak mengenalnya?”Pangeran Wang Jung balik bertanya, benar ia tak salah melihat.
”Bagaimana bisa seorang dayang istana meninggalkan istana?”Pangeran Wang Wook merasa berhak marah.
“Mungkinkah So memaksa, akibat terburuk Soo bisa dihukum
mati. Temukan Hae Soo, sediakan pula kuda untukku”, Pangeran Wang Jung
tahu apa yang harus dilakukan.
“Engkau tetaplah tinggal di istana. Tidak baik bagimu
untuk pergi pada malam hari.Masuklah, saya akan menemukan mereka”,
Pangeran Wang Wook memutuskan untuk pergi seorang diri.
“Terima kasih atas perhatianmu Wang Wook, aku sangat takut dengan kemungkinan terburuk yang menimpa Hae Soo bila kedapatan pergi dari istana di Songak. Lebih baik kita berdua menemukan Hae Soo”, Pangeran Wang Jung berkeras menyertai.
“Dalam pikiranku engkau masih memikirkanmu
seorang anak. Maaf, ternyata aku harus mempercayaimu”, akhirnya Pangeran
Wang Wook memenuhi permintaan Pangeran Wang Jung.
Sementara Pangeran Wang So tengah menikmati saat yang
mengesankan ketika mendekap Hae Soo di atas punggung kuda menuju ke tepi
pantai menyaksikan matahari terbit. Di kejauhan tampak kaki langit menyatu
dengan garis cakrawala, matahari tampak sebagai bola raksasa merah
membara yang perlahan melambung menggapai angkasa. Ombak berdebur
sebagai suara alam yang merdu, Pangeran Wang So masih memeluk erat Hae
Soo, ia tak akan pernah melepaskan dayang yang telah menyelamatkan
hidupnya --tak akan pernah. ”Adakah kita akan
tiba kembali ke istana dengan selamat Yang Mulia?”Hae Soo tak dapat
menyembunyikan rasa cemas, pantaskah seorang dayang meninggalkan istana
bersama seorang pangeran di atas punggung kuda, hukuman berat pasti
tengah menantinya.
”Atau kita harus melarikan diri, meninggalkan istana
selamanya? Jika engkau bersedia, saya akan melakukannya”, seorang
pangeran yang tengah jatuh cinta memang seakan dapat
melakukan apa saja, meninggalkan istana sekalipun. Darah Pangeran Wang
So berdesir ketika menatap wajah lembut Hae Soo, ia tidak salah memilih,
ia akan selalu berada di samping dayang ini.
Hae Soo melepas pandang sejauh mungkin, ia
tak lagi dikungkung dinding megah, ia menjadi bagian dari semesta dengan
kubangan air yang sangat dasyat, mengombak membentur pesisir.Pangeran
Wang So tersenyum, tak ada yang lebih mengesankan kecuali berada di
dekat seorang yang dicintai.”Aku selalu ditekan untuk meninggalkan
Songak, tetapi mengapa pula aku harus pergi? Atau aku tidak
pernah membawa ketidakberuntungan. Aku bukanlah hewan yang disembelih
untuk kesenangan.Aku bukanlah orang yang dapat menebaskan pedang tanpa
alasan. Apakah benar aku harus pergi?” Pangeran Wang So bahkan tidak
yakin dengan keinginannya, apakah ia harus menetap di Songak atau harus
pergi? Sikap keluarga raja sangat membingungkan.
“Saya ingin tinggal di dalam hatimu, Yang Mulia, di
luar istana sekalipun. Hidup tidak harus berlumuran darah, yang paling
mendasar dalam kehidupan manusia adalah rasa damai”, Hae Soo pun bergumam di dalam hati, ia mencoba menyakinkan diri, bahwa penglihatan Pangeran Wang So sebagai Raja Gwangjong hanya sebuah khayalan.
“Andai engkau ingin pergi bersamaku, pasti aku akan
membawamu…”Pangeran Wang So tiba-tiba perlu mempertimbangkan
kehadirannya kembali di Songak, ibunda ratu mengharapkannya sebagai
seorang pembunuh, haruskah ia menyetujui?
“Saya adalah seorang dayang, hal itu berarti saya tak
bisa pergi meninggalkan istana. Maaf sekali, saya tidak mungkin
pergi.Ada seorang yang harus diingat selamanya”, pada sepasang mata Hae
Soo terbayang wajah rupawan Pangeran Wang Wook.
“Adakah orang yang harus selalu engkau ingat adalah Baek Ah?”Pangeran Wang So bertanya.
”Bukan”, jawab Hae Soo singkat.
”Bagus, selama bukan Baek Ah. Aku akan membunuh orang
yang mengambil hatimu”, Pangeran Wang So tak akan mengijinkan seorangpun
menjauhkan Hae Soo dari sisinya. Ia tak pernah menyadari, bahwa darah
Hae Soo tersirap mendengar kata-katanya.
“Ingatkah saat tanganku menahan Yeon Hwa saat
memukulmu?”Pangeran Wang So bertanya, saat itu sosok Hae Soo telah dalam
terpatri di hati. Pangeran ke-4 berkesan dengan sikap Hae
Soo yang melihat dirinya secara apa adanya. Pangeran Wang So tahu Hae
Soo tidak merasa takut dengan topeng serta seluruh cerita tentang
dirinya. Ia memerlukan seorang yang menerima kehadirannya dengan arif,
seorang yang selalu memberikan rasa damai.Maka, Pangeran Wang So merasa
cukup yakin untuk mencium Hae Soo, membawanya pergi ke tepi pantai.
Bahkan mengancam untuk membunuh seorang yang hadir di hatinya.
Hae Soo tak menjawab pertanyaan itu, ia masih menatap
laut. Ia telah mengenal Pangeran ke-4 dengan cara yang tidak biasa, ia
telah membantunya pada sebuah hari yang menentukan. Kini, Pangeran Wang
So tak mampu kehilangan dirinya. Ia menjadi bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan Pangeran ke-4.
Suasana diam hanya lirih debur ombak membentur pesisir
dan kepak sayap camar-camar yang terbang rendah. ”Ambillah ... hiasan
rambut ini lebih tepat untukmu”, Pangeran Wang So memberikan hiasan
rambut dengan pola bunga kepada Hae Soo, cindera mata yang urung
diberikan kepada ibunda ratu, karena wanita berkuasa itu mendapatkan
yang lebih indah dari pangeran yang lain.
“Sudah tugasku membantumu tanpa niat untuk mencuri isi hati”, Hae Soo harus menerima pemberian itu, bahasa tanpa kata yang memperdalam perasaan seorang pangeran.
”Atau, engkau akan mencoba lari meninggalkanku?”Pangeran
Wang So menatap batas cakrawala dengan sorot mata yang tajam, ia tak tak
akan membiarkan secuil celah bagi dayang ini untuk berlalu pergi.”O ya,
bila tidak suka dengan pemberian ini engkau dapat membuangnya”, hiasan
rambut itu kini harus berada dalam genggaman Hae Soo. Sebuah pemberian
yang tidak mungkin ditolak. Hae Soo menatap jepitan rambut itu, benda mungil yang didapat saat Pangeran Wang So meninggalkannya di pemandian kerajaan.
Sesaat kemudian Pangeran Wang So telah mengendalikan
langkah kuda kembali ke istana.Suasana pada dua tepi jalan adalah
rindang pepohonan serta hijau daun yang teramat subur, angin selembut
sentuhan alam yang menampakkan tubuhnya pada ranting yang bergoyang. Tak
lama kemudian langkah kuda yang ditunggangi Pangeran Wang So dan Hae
Soo terhenti, di tenga jalan tampak Pangeran Wang Wook dan Pangeran Wang
Jung.
“Hae Soo, bagaimana engkau bisa bisa berada di tempat ini?”Pangeran Wang Jung tak dapat menyembunyikan
rasa cemas. Setiap kali berhadapan dengan dayang ini, terbayang kembali
saat pertama pertemuan ketika Hae Soo menyelamatakn dari kekejaman
perompak dengan mempertaruhkan keselamatan diri.
“Adakah pangeran mencari saya di istana?”Hae Soo balik bertanya.
”Berterima kasihlah, karena hanya Wook dan aku yang tahu
kemana engkau pergi”, Pangeran Wang Jung hendak menghampiri Hae Soo,
namun Pangeran Wang So menghalanginya.
“Aku yang harus membawa Soo kembali ke istana”, Pangeran
Wang So merasa bertanggung jawab mengantar kembali Hae Soo ke istana,
karena ia yang mengajakanya pergi ke pantai.
“Apabila sampai terlihat oleh kerabat atau penjaga
istana, anda berdua akan menjadi pembicaraan, akan terjadi sebuah
masalah yang besar”, Pangeran Wang Wook tak ingin Hae Soo celaka, ia
harus mengambil tindakan. Pangeran ke-8 melangkah menghampiri Hae Soo,
akan tetapi Pangeran Wang So kembali menghalangi .
”Kaisar sudah menyerahkan Hae Soo sebagai dayang
kepadaku. Tepatlah jika aku yang bertanggung jawab”, sepasang mata
Pangeran Wang So menatap Pangeran Wang Wook, ia tak ingin seorang
pangeranpun terlibat dalam hal ini. Tidak juga Wang Wook atau Wang Jung.
“Ijinkan saya kembali dengan Pangeran Wang So, lebih baik Pangeran Wang Jung dan Pangeran Wang Wook kembali ke istana Songak”, Hae Soo mencoba melerai, ia tak ingin pertiakain ini berlanjut menjadi hal yang riuh.
”Benar, engkau akan pergi bersamanya?”Pangeran Wang Wook bertanya.
”Benar”, Hae Soo menganggukkan kepala.
“Kupercayakan Hae Soo, semoga sampai kembali di istana dengan selamat”, dengan berat Pangeran Wang Wook melepas Hae Soo pergi bersama
Pangeran Wang So. Keduanya tidak tampak seakan seorang pangeran dan
seorang dayang, tetapi sepasang kekasih yang tengah jatuh hati.
“Mestinya Soo tidak kembali bersama So”, Pangeran Wang Jung tidak setuju, tetapi apa daya, ia tak berkuasa melawan Pangeran WangSo.
“Adalah untuk yang terakhir kali saya membiarkan hal
seperti ini”, Pangeran Wang Wook menyerah, ia sungguh m enolak
pemandangan ini.Hae Soo berada dalam dekapan Wang So di atas punggung
kuda.
Sementara Sanggung Oh sibuk mencari Hae Soo ke seluruh
sudut Istana Damiwon, ia tak dapat menemukan bayang-bayang dayang itu.
Sampai di gerbang Damiwon Sanggung Oh terpengarah, ia tidak sedang
berkhayal, tetapi benarkah? Hae Soo, dayang itu berada di atas punggung
kuda dalam dekapan Pangeran Wang So. Sepasang mata kepala dayang itu
seakan hendak terloncat dari kelopaknya.
“Kuharap tidak menyalahkan Soo”, Pangeran Wang So membuka pembicaraan, ia tahu arti raut wajah Sanggung Oh. Hae Soo telah melakukan kesalahan.
”Yang Mulia Raja sudah menugaskan dan meminta bantuanku. Saya harus pergi. Ingat, bahwa membawa dayang istana sudah dianggap sebagai tindakan yang bertentangan”, Sanggung Oh mengendalikan amarah.
“Apakah Sanggung Oh akan menghukum Soo?” Pangeran Wang So bertanya.
“Lebih baik Pangeran ke-4 kembali ke istana”, jawab Sanggung Oh singkat.
”Saya percaya padamu”, Pangeran Wang So pun berlalu
pergi, Hae Soo hanya terdiam menatap. Ia tahu apa yang akan terjadi
setelah Pangeran ke-4 meninggalkan Damiwon.
“Engkau benar tidak cocok berada di istana!” suara
Sanggung Oh seakan sebuah ledakan, mata indah itu berubah merah seakan
bara. “Mestinya tidak semudah itu memberikan kebaikan hati kepada orang
lain, engkau tinggal di istana, bukan lingkungan biasa”, Sanggung Oh
menatap wajah manis Hae Soo dalam-dalam, seandainya ia mampu menelan gadis itu.
”Apa yang harus saya lakukan sekarang?”Hae Soo menundukkan kepala, ia harus menyadari kesalahannya.
”Tunggulah hingga perasaan Pangeran ke-4 mereda”, dari
kemarahan, perasaan Sanggung Oh berubah menjadi gamang. Sesungguhnya ia
mencemaskan nasib dayang yang satu ini. Mengapa ia terlalu gegabah,
pergi menunggang kuda bersama Pangeran ke-4 menuju suatu tempat?
***
Di arena pelatihan ketangkasan Pangeran Wang Yo merentang
gendewa, membidikkan anak panah, ia cukup tangkas untuk hal yang satu
ini, seluruh bidikannya mengenai sasaran. Tak lama kemudian Pangeran
Wang Wook datang, melakukan hal yang sama, merentang gendewa membidikkan
anak panah, akan tetapi anak panahnya meleset, tak ada yang mengenai
sasaran. ”Engkau tak mampu mencapai sasaran, sekarang saya
melihatnya. Ketika merentang gendewa bayangkan bagaimana anak panah
mampu mengenai jantung orang yang ingin menjatuhkan tahta seorang raja.
Tak akan pernah kubiarkan hal ini terjadi. Bagaimana denganmu? Siapa sasaranmu?”Pangeran Wang Yo membuka pembicaraan.
”Aku tak memiliki sasaran, hanya sekedar berlatih”,
Pangeran Wang Wook kembali merentang gendewa, tetapi bidikan kembali
meleset.
“Tanpa sasaran yang tepat, seorang akan mudah terguncang.
Aku tahu Yang Mulia Raja sengaja mengirimku ke medan pertempuran untuk
mati, namun aku akan kembali ke Songak dalam keadaan hidup”,
Pangeran Wang Yo menekan rasa nyeri di ulu hati, ia harus menelan
kenyataan pahit dijauhkan seorang raja dari kehidupan istana.
“Aku yakin engkau dapat kembali dengan selamat”, Pangeran
Wang Wook mencoba menghibur Pangeran Wang Yo. Ia tak mampu membayangkan
bila hal semacam itu mesti terjadi pada dirinya.
“Sebelum merentang gendewa, pikirkan baik-baik siapa
sasaranmu. Kita tidak memiliki hal serupa yang layak disetujui”,
Pangeran Wang Yo memberikan nasehat, masihdengan nyeri di ulu hati. Yang
Mulia Raja tak menghendaki kehadirannya di istana, di dekat ibunda.
Pangeran Wang Wook memenuhi nasehat Pangeran Wang Yo, ia
merentang gendewa dengan lebih cermat, membidik dengan kesungguhan.
Sesaat kemudian ketika sebatang anak panah melesat, ujungnya segera
mengenai sasaran. Pangeran Wang Yo benar, ia harus tahu siapa
sesungguhnya sasaran itu.
Pangeran Wang Yo
meletakkan gendewa, saatnya pergi bertempur, tetapi bukan untuk mati, ia
harus tetap hidup. Pangeran Wang Wook melakukan hal yang sama,
meletakkan gendewa. Ia memiliki celah untuk bertemu dengan
seorang gadis yang dicintainya, Hae Soo. Tak seorang pun tahu ketika
keduanya duduk bersisihan selayaknya kekasih hati di gua yang terletak
tak jauh dari pemandian. “Adakah pangeran marah? Saya hanya melihat
matahari terbit bersama Pangeran ke-4”, Hae Soo tak ingin Pangeran Wang
Wook terlibat masalah sehingga, ia memilih pergi bersama Pangeran Wang
So.
“Aku tidak marah, hanya khawatir, sehingga kutempatkan
engkau di Istana Damiwon. Aku akan meminta ijin Yang Mulia Raja supaya
bisa menikahimu.Ketika engkau menghilang, aku teringat saat hari
pernikahan dengan raja. Aku sungguh cemas, kukira aku akan kehilanganmu.
Tak ingin kubuat kesalahan untuk yang kedua kali. Nyonya Hae pernah
sampaikan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena beban berat dan
masa depan yang selalu mencemaskan. Orang yang dapat membuatku tertawa
serta menulis puisi yang indah adalah engkau. Aku berjanji akan
meninggalkan istana, pergi ke Hwangju dan hidup bersamamu dengan damai.
Akan kuberikan sesuatu yang tak bisa kuberikan pada Nyonya Hae. Benarkah
engkau yakin untuk menjadi istriku?”tak ada yang diinginkan Pangeran
Wang Wook saat ini, kecuali menikahi Hae Soo, hidup damai meski harus
meninggalkan kehidupan istana.
Hae Soo terdiam mendengar kata-kata indah itu, ia tak
menyangka Pangeran Wang Wook tidak berubah, tetap dengan keinginan
menikahinya. Ia akan mengerti arti rasa bahagia bila hidup bersama
dengan Pangeran ke-8. ‘Tapi bagaimana jika Raja Gwangjong membunuhnya?’ bulu kuduk Hae Soo kembali meremang.
”Apakah engkau tak hendak lagi hidup bersamaku?”Pangeran
Wang Wook merasa aneh dengan mulut dayang yang terkunci itu. Ia tak
pernah tahu perang yang berkecamuk di dalam pikiran Hae Soo.
”Saya tetap menginginkannya”, tanpa sadar Hae Soo menjawab.
“Apakah engkau masih percaya pada janjiku?”Pangeran Wang
Wook pun menyentuh pipi Hae Soo, hatinya bergetar. ”Akankah engkau
memberiku sebuah jawaban? Akankah kamu ingin menikah denganku?”Pangeran
Wang Wook mengaharap sebuah kepastian, ia masih memiliki satu
penghalang. Waktu.
Suasana di dalam gua membangkitkan rasa syahdu, andai
keduanya bisa selamanya duduk bersanding dalam damai mewujudkan harapan.
Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan Sanggung Oh,”Gadis yang
bersembunyi saat pangeran mandi adalah engkau!”Sanggung Oh kembali
dihantam rasa gamang, Hae Soo terlalu gegabah untuk duduk berdua di
tempat rahasia bersama seorang pangeran. Dayang itu tak pernah tahu,
dengan siapa sebenarnya sebenarnya seorang pangeran Goryeo bisa duduk
berdua.
”Sanggung Oh, saya akan menjelaskannya”, Pangeran Wang
Wook tergagap, ia tak menyangka Sanggung Oh akan mendapatkan pertemuan
ini.
“Jika pertemuan rahasia ini terkuak, anda berdua akan
dihukum mati. Seorang pangeran akan mendapatkan hukuman keras bila
berhubungan dengan seorang dayang istana. Bukankah pangeran telah
mengetahui akan hal ini? Soo ikut saya”, Sanggung Oh seolah sanggup
melakukan apa saja untuk menyelamatkan Hae Soo, ia tahu ketika
berhubungan dekat dengan seorang pangeran, dayang istana tengah berada
sangat dekat dengan hukuman mati. Keduanyapun melangkah membiarkan Pangeran Wang Wook terpaku seorang diri.
Kini Sanggung Oh dan Hae Soo hanya tinggal berdua. “Lebih
baik kita bersama pergi meninggalkan istana. Tabib istana telah
memintaku pergi untuk memulihkan kesehatan yang semakin memburuk.Kita
bisa pergi ke desa, aku khawatir hubunganmu dengan
Pangeran Wang Wook. Lebih baik engkau hindari pertemuan itu”, Sanggung
Oh memberikan saran sebelum hal yang paling buruk menimpa bocah “malang”
ini.
“Pangeran Wang Wook mengajak saya untuk menikah, saya
menerima lamaran itu”, Hae Soo meragukan saran Sanggung Oh, dapatkah ia
meninggalkan istana? Meninggalkan Pangeran Wang Wook?
“Bukankah Pangeran Wang So juga mengharapkanmu? Engkau mengira bisa bertahan dengan dua pengeran yang mengharapkanmu? Saya takut engkau akan dalam bahaya jika hati seorang pangeran berubah”, Sanggung Oh menyatakan yang sesungguhnya, ketika
usia Yang Mulia Raja semakin tua, maka para pengeran akan berebut tahta
dan dapat mengorbankan apa saja, termasuk wanita yang dicintainya.
“Pangeran Wang Wook memiliki sifat yang berbeda, dia tak
pernah berubah”, dalam hal ini Hae Soo tak mampu melihat masa depan,
benarkah Pangeran ke-8 tak akan pernah mengubah pendirian?
”Istana adalah tempat manusia berubah terhadap semua
janji manisnya. Pernah kuberikan hatiku pada seorang jenderal, yang
akhirnya menduduki tahta Goryeo, sekarang ia adalah Yang Mulia Raja Wang
Geon. Saat Yang Mulia berniat menikah, maka
ia harus pula melindungi tahta.Ternyata ia lebih memilih tahta daripada
cinta kekasih hati, ia melupakanku seorang anak perempuan dari penjual
ramuan herbal di desa kecil. Aku
ingin tetap bersama Yang Mulia Raja, aku rela hidup sebagai dayang
istana dan bukan menjadi seorang wanita yang layak mendampinginya. Aku
hanya bisa membuatkan teh, menyisir rambut, serta mencuci pakaian Yang
Mulia Raja Wang Geon. Aku harus memanggil kekasihku Yang Mulia”, suara
Sanggung Oh berubah seakan ratapan, Hae Soo terpana, kiranya wajah
cantik itu menyembunyikan cerita sendu di balik tatapan matanya yang dingin.
“Aku semakin sedih, karena harus membasuh wanita yang akan menjadi selir Yang
Mulia Raja Wang Geon. Adakah engkau ingin mengalami hal yang sama?
Engkau masih bisa undur, tinggalkan istana pada kesempatan pertama atau
terjebak selamanya dalam bahaya”, tak mudah bagi Sanggung Oh
mengucapkan, tetapi harus.
”Pangeran ke-8 sudah memintaku untuk meninggalkan istana
dan pergi ke Hwangju”, Hae Soo mengira Pangeran Wang Wook tidak akan
serakah pada tahta, sehingga dia bisa hidup bahagia bersamanya. Sampai
saat ini Hae Soo dengan bodohnya masih mempercayai Pangeran Wang Wook.
Sanggung Oh menatap dengan Hae Soo dalam-dalam, sepasang matanya
berkaca-kaca. Ia seakan telah melihat masa depan itu, betapa kelam
langit yang akan membentang di atas kepala dayang itu.
Usai pembicaraan dengan Sanggung Oh, Hae Soo memandangi
hiasan rambut yang diberikan oleh Pangeran Wang So, pikirananya
menerawang jauh. Ia hanya memandang sebuah hiasan rambut, tetapi benda
mati lebih dari sekedar sebuah tusuk konde. Sementara di luar kamar
Pangeran Wang So sudah menunggu Hae Soo, ia memerlukan gerakan tangan
dayang itu.”Bisakah saya meminta bantuan Soo?”Pangeran Wang So bertanya
kepada Sanggung Oh.
“Saya telah menyarankankannya untuk beristirahat”,
Sanggung Oh menjawab, ia ingin jarak terukur antara Pangeran dan Hae Soo
sebelum bahaya menjebak.
“Saya bersedia membantunya”, Hae Soo mendengar
pembicaraan itu, ia tidak keberatan membantu. Sesaat kemudian Hae Soo
telah melakukan tata rias pada wajah Pangeran Wang So,
meski rasa cemas tak dapat menjauh dari relung hati.”Saat seseorang
ditolong, ia akan mengggap orang yang menolong sebagai teman. Dasarnya
adalah rasa sayang, rasa saying yang berbeda.Berbeda”, Hae Soo yakin
Pangeran Wang So salah menilai perasaannya.ia telah mencintai Pangeran
Wang Wook, bukan Wang So.
”Aku tak pernah memikirkan apa itu rasa saying? Apa itu
berbeda, bagiku sama. Apakah engkau berniat menjauh? Jangan pernah
mencoba. Bersiap-siaplah”, Pangeran Wang So berniat mencium Hae Soo,
namun dayang itu mengelak.”Tak usah takut, aku tak akan mencium tanpa
seijinmu”, Pangeran Wang So harus menyadari keraguan Hae Soo, meski ia
tak pernah ragu dengan dirinya.
Saat Hae Soo menyelesaikan tata rias wajah Pangeran Wang
So, ia segera undur diri. Di luar ruangan, Pangeran Wang Jung tiba-tiba
menghampiri. Saat Wang Jung hendak menghampirinya, Hae Soo
berkata,”Chamkan...”, sembari menggoyangkan tangannya.
“Aku sungguh khawatir saat melihatmu pergi bersama Wang So”, Pangeran Wang Jung tak dapat menutupi wajahnya yang cemas.
“Pangeran Wang So hanya mengajakku pergi menghirup udara segar”, Hae Soo harus menjawab pertanyaan itu.
“Aku tak suka dengan cara Wang So”.
“Cobalah untuk mengerti Pangeran Wang So, Pangeran Wang
Jung hidup penuh cinta dari ibuda sedangkan, berbeda dengan Pangeran
Wang So”, Hae Soo memberikan pembelaan.
“Kebaikan ibunda ratu adalah, karena kerja kerasku. Semenjak So datang ke Songak, ibunda dan Wang Yo sudah banyak berubah”.
“Adakah Pangeran Wang Jung menyalahkan Pangeran Wang So akan hal itu?”
“Aku tak ingin sepenuhnya menyalahkan
Wang So, jika bukan karena Wang So, aku tidak akan pernah tahu apa yang
terjadi antara ibunda dan Wang Yo. Aku merindukan masa silam saat
engkau tinggal di kediaman Wang Wook dengan senyum ceria”, Pangeran Wang Jung menatap wajah lembut Hae Soo, ada beribu kata, namun tak pernah terucap.
“Aku memikirkan hal serupa, ingin kembali ke masa itu”,
Hae Soo tak pernah memperhatikan arti tatapan Pangeran Wang Jung, ia
terlalu sibuk dengan pikirannay sendiri. Suatu saat ia akan tahu.
***
Pada sebuah ruangan di lingkungan istana Pangeran Wang Wook
tengah bertemu dengan Putri Yeon Hwa serta ratu Hwangboo. “Pada acara
makan besar hari ke sembilan tahun baru Lunar, saya akan meminta ijin
Yang Mulia Raja untuk menikah dengan Hae Soo. Kami akan menetap di
Hwangju, meninggalkan istana. Saya tahu pihak keluarga menginginkan
tahta, namun aku tidak. Percaturan politik istana hanya membuat
miris.Aku hanya ingin hidup damai”, Pangeran Wang Wook membuka
pembicaraan, mengungkap keinginan yang sebenarnya.
”Engkau akan menyerahkan tahta? Engkau ingin membuang
ibumu dan aku keluar dari I istana, dan hidup sebagai manusia
biasa?”Putri Yeon Hwa merasa amarah mulai membakar, ia membayangkan
wajah Hae Soo dengan segala rasa geram. Dayang itu selalu menimbulkan
masalah. Mengapa harus ada seorang gadis yang hilang ingatan di istana
ini?
”Ada banyak cara untuk melindungi diri tanpa harus menjadi raja. Percayalah padaku”, Pangeran Wang Wook memberikan alasan.
“Lakukan apa yang ingin engkau lakukan, andai harus menikahi Hae Soo. Akan tetapi, keinginan itu bukan suatu hal yang mudah, engkau harus melakukan persiapan dengan baik”, Ratu Hwangbo cukup bijak menanggapi keinginan Pangeran Wang Wook.
“Hae Soo akan berterima kasih kepada ibunda ratu”, Pangeran Wang Wook menyudahi percakapan kemudian berpamit pergi.
“Ibunda ratu harus menghentikan Wang Wook”,
Putri Yeon Hwa tidak bisa menyembunyikan kegelisahan, nasibnya ada di
tangan Wang Wook yang masih berhak akan tahta.
“Aku sudah lelah untuk bisa meraih tahta Dinasti Goryeo.
Membebani kakakmu adalah lebih berat dari yang kamu bayangkan. Biarkan
dia melakuan apa yang diingikannya”, Ratu Hwangbo menyanggah.
”Ibu pernah dibuang sepuluh tahun yang lalu, karena
menyebabkan keguguran dayang istana yang dicintai raja, karena ulah Ratu
Yoo ”, wajah Putri Yeon Hwa merah padam, kemarahannya meluap. “Jika
kita tidak merebut tahta, aku khawatir beberapa selir akan menyerang,
maka kita harus keluar dari istana. Atau lebih buruk dari itu.Sekarang
aku mempunyai tujuan, tidak ingin lagi menjadi putri atau adik raja, aku
ingin menjadi istri raja dan memerintah atasnya”, Putri Yeon Hwa tidak
memiliki pilihan lain, ia harus mampu menyelamatkan diri dengan menduduk
tempat tertinggi, sehingga tak satupun pihak di istana mampu
menyerangnya.
Ratu Hwangbo tertegun, ia tak mampu mengucap satu patah kata. Ia tetap tak mengucap
satu patah kata saat Putri Yeon Hwa pergi menemui Ratu Yoo untuk
membagikan sebuah cerita, Ratu Yoo menyambutnya dengan baik. Akan
tetapi, tak seorangpun tahu apa sebenarnya cerita itu.
***
Pangeran Baek Ah mendengar bahwa seorang penari telah
tiba di Gibang, sehingga ia pergi sendiri untuk memeriksanya, di tempat
tujuan ia melihat wajah cantik itu, Woo Hee --si penari pedang.
Sebaliknya sang penari juga menyadari kehadiran Pangeran Baek Ah. Wajah
cantik itu segera berubah menjadi ketus,”Ada yang
menyewamu untuk membuntutiku?”satu hal yang selalu berada dalam pikiran
Woo Hee adalah rasa curiga, ia merasa tidak salah mencurigai Pangeran
Baek Ah, seorang yang tidak dikenalnya.
“Aku datang ke tempat ini untuk bermain musik bersama
para penari”, Pangeran Baek Ah menatap wajah itu dalam-dalam, tak
mungkin si penari pedang adalah gisaeng,
penampilan serta tata cara berbicara lebih menyerupai seorang gadis
keturunan bangsawan.”Lebih baik kita saling memperkenalkan diri setelah
tiga kali bertemu …”
“Namaku Bok Soon”, si penari pedang menyebutkan sebuah nama, tetapi tiba-tiba seorang gisaeng
memanggilnya,“Woo Hee!”si penari terdiam. Sementara Pangeran Baek Ah
tersenyum menang, cukuplah kali ini mengenal nama penari cantik itu.
***
Ratu Yoo dan Pangeran ke-9, Wang Won menemui menteri Park
Young Gyu untuk meminta saran. Persekutuan antara Putra Mahkota dan
Pangeran Wang So adalah kekuatan yang harus diperhitungkan kemudian
dipecah belah. Permaisuri harus bertindak, atau ia akan kehilangan
peluang selamanya. Suatu hal mengerikan bagi seorang ratu
adalah manakala ia harus tersingkir dari kemilau tahta.”Bagaimana
memisahkan Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota dari Wang So?”Ratu Yoo
membuka pembicaraan.
“Yang Mulia Raja harus percaya, bahwa So adalah musuh
Putra Mahkota, sehingga Ratu harus berpura-pura mendukung So, dan
sisanya aku yang akan mengurusnya”, suara menteri Park Young Gyu dalam.
“Aku telah memberikan dokumen Putra Mahkota yang kucuri kepada So, Putra Mahkota akan mencurigai So telah mengambilnya”, Pangeran Wang Won akhirnya melibatkan diri dalam persengkongkolan.
“Semua rencana pasti akan berjalan lancar, terlebih
setelah Yo bertemu dengan Wang Shik Ryeom”, Ratu Yoo menganggukkan
kepalanya, ia sungguh merasa cemas dengan persekutuan antara Putra
Mahkota dan Pangeran Wang So.tak ada cara yang lebih culas kecuali
memfitnah dan memisahkan. Dan telah mendapatkan.
***
Di tempat yanag berbeda tampak Pangeran Baek Ah
mengunjungi Pangeran Wang So, ia merasa perlu bertanya, “Benarkah engkau
membawa Hae Soo keluar dari istana? Ia
adalah dayang istana, jika engkau memperlakukan sebagai gadis biasa,
kalian berdua akan berada dalam masalah. Lebih baik jangan berbuat hal
yang menyulitkan”, Pangeran Baek Ah mencemaskan nasib Hae Soo.
“Aku tak bermaksud untuk menyulitkan Soo, aku hanya tak
tahu bagaimana harus berhubungan dengan orang-orang dan telah membuat
kesalahan. Apakah aku harus diingatkan untuk hal seperti itu?”Pangeran
Wang So bertanya, ternyata Baek Ah juga memperhatikan dayang itu.ia
sangat peduli. Pangeran Wang So meletakkan tangannya di pundak Pangeran Baek Ah,”Hanya engkau dan Soo yang kumiliki di dunia ini”Pangeran Wang So dengan tulus.
Kedua pangeran itu masih hendak bercakap-cakap, akan tetapi ahli bintang, Choi Ji Mong datang membawa
kabar buruk tentang Putra Mahkota. “Keluarga dari pihak ibu Putra
Mahkota dituduh telah menggelapkan pajak, sehingga para menteri
memanggil Pangeran Moo untuk dipecat dari kedudukannya sebagai Putra
Mahkota. Para menteri
berkeberatan menyerahkan masa depan negara ini kepada Putra Mahkota,
sebaliknya mereka menyarankan agar Wang So ditunjuk sebagai Putra
Mahkota yang baru, karena dia telah memenangkan kepercayaan dari
keluarga kerajaan dan seluruh bangsa ini setelah berhasil memimpin
ritual turun hujan”, wajah Choi Ji Mong tampak bimbang, benarkah tuduhan
itu?
Pangeran Wang So dan Baek Ah terpana, keduanya bertatapan
nyaris tak percaya. Seolah mendukung kebimbangan si ahli bintang.
Benarkah? Suasana menjadi diam, bahkan angin seakan enggan berhembus.
Sementara Wang Won, Pangeran ke-9 berbisik perlahan ke
telinga Putra Mahkota,” Semua ini terjadi, karena aku memberitahu Wang
So tentang catatan yang ditulis oleh Paman Moo”, bisikan itu berhembus
jauh hingga menjadi pengertian bagi Putra Mahkota, seakan-akan Pangeran
Wang So yang telah membeberkan catatan itu. Pangeran Wang Won bersikap
seolah-olah ia tak bersalah, ia berhasil mendapatkan simpati, sesaat
kemudian ia berpamit, meninggalkan Putra Mahkota Moo yang mulai
mencurigai Pangeran Wang So.
Badai tampaknya mulai menggasing, setelah bibir bergincu Sang Ratu menghembusnya dengan perlahan, tetapi pasti.
Yang Mulia Raja Taejo berpikir keras, mencari
jalan keluar atas persoalan ini, ia telah tahu apa yang sesungguhnya
terjadi. Ia perlu bercakap dengan Pangeran ke-4, “Untuk sementara
kembalilah ke Shinju, ada segelintir orang yang menginginkanmu menjadi
Putra Mahkota, ibumu Ratu Yoo ada di balik semua ini, memanfaatkanmu untuk mendapatkan tahta”, Yang Mulia merasa berat untuk berucap, tetapi harus.
“Mohon ampun Yang Mulia, saya tidak pernah berhubungan
dengan ibunda ratu. Apakah saya benar harus pergi?”, suatu hal yang
berat bagi Pangeran Wang So adalah meninggalkan istana, rumah yang
sesungguhnya, tetapi bagaimana ia bisa menolak perintah seorang raja?
“Hati seseorang bisa saja menjadi licik, meskipun sekarang tidak”, Yang Mulia Raja tidak mengubah keputusannya.
“Yang Mulia …”
“Pergilah untuk sementara ke Shinju”.
***
Sementara Putri Yeon Hwa yang jelita secara rahasia melakukan tindakan mengerikan, ia mendekati seorang dayang istana, berbisik lembut, “Taburkan racun
ke dalam teh Putra Mahkota yang akan dibawa oleh seorang dayang istana,
Hae Soo. Jangan pernah Ratu Yoo tahu akan hal ini”, kemarahan Putri
Yeon Hwa terhadap Hae Soo telah sampai pada puncaknya,ia telah mendorong
Pangeran Wang Wook menuju singgasana, tetapi Pangeran ke-8, cendikiawan
Goryeo, kakanda tercinta, memilih pergi dari istana untuk hidup bersama
dengan Hae Soo. Dayang yang pernah hilang ingatan itu –suatu hal yang
menggelikan. Mungkinkah seorang dayang mampu menghancurkan harapan
seorang Putri Goryeo atau sebaliknya?
Adapun Pangeran Wang So datang ke kamar ibunda ratu,
meluapkan amarah yang membeludak bagai leleran lava pijar, “Kapan ibunda
akan meninggalkanku sendiri?”
“Aku hanya ingin membantumu mendapatkan tahta, bukankah engkau sendiri yang ingin
menjadi raja? Tahta akan menjadi milikmu bila semua berjalan sesuai
rencana”, Ratu Yoo selalu bersikap tenang, ia tak peduli dengan
kemarahan Pangeran Wang So, ia memang tidak harus peduli dengan
kemarahan itu.
“Berhentilah berpura-pura seolah-olah semua ini demi
kebaikannya”, Pangeran Wang So menyesal mengapa ia harus berhadapan
dengan ibunda ratu dalam keadaan seperti ini?
“Putra Mahkota akan meninggal di hari kesembilan dalam
bulan kesembilan, karena meminum teh beracun. Aku telah mengirimkan
racun itu, engkau tidak bisa menghentikannya”, Ratu Yoo masih berucap
dengan suara tenang, seolah pembunuhan Putra Mahkota adalah suatu hal
yang biasa.
“Aku memastikan rencana itu tidak akan berjalan lancar”,
bulu kuduk Pangeran Wang So meremang,bagaimana seorang ibu bisa membunuh
anak tiri dengan darah dingin, karena alasan tahta. Atau, memang
demikianlah kehidupan di dalam dinding istana.
“Andaikan engkau memberitahu seseorang, bahwa aku yang
telah mengirim cangkir teh beracun. Aku akan mengaku, kulakukan semua
ini untuk mengantarmu menjadi raja”, Ratu Yoo tergelak. “Jika engkau
mencoba menghentikan, maka sama dengan mengikat tali di lehermu
sendiri”, Sang Ratu masih tertawa dengan suara nyaring, memantul ke
dinding istana.
“Semua tidak akan berjalan sesuai rencana”, Pangeran Wang
So tidak bisa membayangkan Putra Mahkota akan meninggal dengan cara
mengerikan, ia harus mencari jalan keluar bagi rencana keji ibunda ratu.
“Bukankah Yang Mulia Raja ingin menendangmu keluar dari
istana? Seorang dayang istana yang menyajikan teh itu akan mati,
demikian pula Putra Mahkota Moo. Aku akan memiliki segalanya”.
“Bagaimana saya bisa mempercayainya?”Pangeran Wang So
memandang Ratu Yoo dengan tatapan aneh.Benarkah ia tengah berhadapan
denganseorang ibu?
“Aku akan mendukungmu dan percaya, engkau tidak akan
mebunuh saudaramu setelah menjadi raja”, sangat mudah bagi Ratu Yoo
merencanakan pembunuhan sekaligus menghilangkan jejak, seolah ia hanya
menebas cabang dari dahan.Sang Ratu tak pernah tahu, betapa pandangan
Pangeran Wang So menjadi berkunang-kunang, langit seakan runtuh.
Sementara di tempatnya bekerja, ahli bintang Choi Ji Mong menatap langit, bertanya-tanya, ‘Mengapa bintang Putra Mahkota mulai memudar?’
***
Woo Hee memanggil Menteri Park Young Gyu ke Gibang
mendesaknya untuk memulai pemberontakan. Dendan kesumat sang penari
pedang kepada Yang Mulia Raja Taejo membakar keinginan gadis itu untuk
membunuh Wang Geon. “Apabila tidak memulai pemberontakan, aku akan
memberitahu orang-orang Baekje tentang apa yang telah engkau lakukan
sebelumnya. Kehidupan bagimu hanya tinggal hitungan hari”,
satu keinginan dalam diri Woo Hee adalah melihat Raja Taejo Wang Geon
terkapar berlumuran darah, untuk melunasi segala sakit hati.
“Ketika masih kecil engkau memanggilku paman. Akan
tetapi, apa pun yang sudah engkau lakukan, engkau tak berkuasa lagi
memerintahku”, Menteri Park Young Gyu menjawab, mungkinkah ia dipaksa
melakukan pemberontakan dengan akibat kalah dan hukuman mati?
Woo Hee mengancam dengan menghunus sebilah pisau kecil,
tetapi saat melihat Pangeran Baek Ah mendekat, gadis itu bersikap
seolah-olah seorang gisaeng yang sedang bertengkar
dengan seseorang yang ingin mendekatinya. Menteri Park Young Gyu ikut
pula berpura-pura kemudian segera berjalan pergi. Pangeran Baek Ah
sepertinya mengenali Menteri Park Young Gyu, namun ia lebih tertarik
untuk mendekati Woo Hee.”Engkau datang terlambat seperti pahlawan kesiangan, tidak mampu bertindak apa-apa”, suara Woo Hee hambar.
“Engkau pasti bisa menangani persoalanmu sendiri, tapi
lihatlah”, Pangeran Baek Ah memamerkan sebuah perhiasan milik gadis itu
yang pernah terjatuh. “Sepertinya engkau tidak menginginkannya kembali”,
Pangeran Baek Ah menatap wajah cantik itu, seraut wajah yang diselimuti
misteri. Apa sesungguhnya yang diinginkan gadis itu?
***
Pada hening suasana makan Pangeran Wang Wook datang
berziarah, ia perlu mengunjungi makam Nyonya Hae dengan sebuah
permintaan, “Jagalah aku dan Hae Soo”, pangeran itu cukup lama terdiam
dalam suasana sunyi kemudian ia harus berkumpul bersama anggota keluarga
kerajaan pada sebuah acara yang telah ditetapkan.
Sementara acara perjamuan keluarga kerajaan tengah berlangsung di sebuah ruangan terbuka. Pangeran
Wang So memusatkan perhatian kepada Putra Mahkota, ia tak pernah
mengerdipkan mata setiap kali Pangeran Wang Moo minum.Keluarga kerajan
bergantian minum sambil menyebutkan sepenggal puisi dari Zhoung Hui.
Satu persatu mereka meneguk arak, menyebutkan sepenggal puisin kemudian
menunjuk orang lain.
Ratu Yoo selalu memperhatikan, ternyata Putra Mahkota
tidak meneguk arak yang disajikan. Ia tahu terbuka kesempatan untuk
menyajikan teh beracun. Jantung Pangeran Wang So berdegup kencang, ia
tidak ingin, tetapi harus menyaksikan kematian yang telah direncanakan.
Pangeran ke-4 tak pernah tahu, Hae Soo telah masuk ke dalam perangkap sebagai dayang yang bertugas menghidangkan the bagi Pangeran Wang Moo.
Pangeran Wang Eun bersama Park Soon Duk datang ke terlambat keduanya bertemu Hae
Soo di lorong istana. Pada tangan dayang itu adalah sepoci teh maut,
siap disajikan bagi Putra Mahkota. Hae Soo segera membungkuk memberikan
salam ketika berpapasan dengan Pangeran Wang Eun. Pangeran ke-10 merasa
dadanya dikoyak rindu dendam, ia mencoba mengabaikan Hae Soo, tetapi
Park Soon Duk mengingatkan, “Ia akan terus membungkuk hingga engkau
berhenti mengabaikan”.
“Angkat kepalamu”, tak lama kemudian Pangeran Wang Eun
kembali dapat menatap wajah lembut Hae Soo, pangeran itu tampak gugup.
Kerinduan terhadap dayang ini berubah menjadi dendam, karena
permintaannya untuk menjadikan selir bertepuk sebelah tangan. Bagaimana mungkin seorang dayang dapat menolak permintaan seorang pangeran? “Dengarkan, aku sama sekali tak ingin melihat wajahmu, segera berbalik. Dan segera berbalik setiap kali bertemu!” setelah meluapkan kekesalan Pangeran Wang Eun bergegas pergi.
“Mengapa tidak sebaiknya engkau menjadi istri kedua Pangeran Wang Eun?”Park Soon Duk bertanya.
“Baik-baik selalu dengan Pangeran Eun, supaya tidak
menyebabkan kegaduhan di istana. Pangeran Eun masih mudah dipengaruhi”,
Hae Soo tersentuh melihat Park Soon Duk tampak bahagia berdampingan
dengan Pangeran Wang Eun.
“Sekarang aku adalah istri Wang Eun”, Park Soon Duk
tampak tidak nyaman dengan pesan Hae Soo, ia belum lagi mengerti kisah
mengerikan yang menanti pada hari depan.
Teh yang dibawa oleh Hae Soo untuk disajikan kepada Putra Mahkota telah
diuji terlebih dahulu menggunakan sendok perak, untuk memastikan tidak
mengandung racun. Sebelum teh itu tiba, Pangeran Wang So nyaris
kehilangan kesabaran dan bersiap akan memberitahu Putra Mahkota tentang
rencana Ratu Yoo hari ini. Jantung pangeran itu seakan meloncat saat Hae
Soo melangkah pasti dengan nampan berisi teh bagi Putra Mahkota. Ia
teringat ucapan ibunda ratu,” Seorang dayang istana yang menyajikan teh itu akan mati, demikian pula Putra Mahkota Moo. Aku akan memiliki segalanya”.
Pangeran Wang So merasa badai mulai
menggasing di kepalanya, dayang istana yang akan mati adalah Hae Soo.
Apa kesalahan gadis itu? Pangeran ke-4 tahu,ia harus melakukan sesuatu.
“Ada yang ingin engkau sampaikan?” Putra Mahkota bertanya.
“Saya telah menyebabkan Putra Mahkota berada dalam
masalah akhir-akhir ini. Selaku saudara saya ingin meminta tiga cawan
teh untuk memperkuat persaudaraan”, Pangeran Wang So memberanikan diri,
ia sungguh harus melindungi Hae Soo.
Sementara Putri Yeon Hwa tampak gugup ketika melihat Hae
Soo, dayang itu tak pernah tahu teh yang tersaji di atas tangannya
adalah minuman maut yang tengah ditujukan kepada Pangeran Wang So. Dengan sengaja Pangeran ke-4 menjatuhkan gelas pertama,”Maaf sekali, tangan saya berminyak setelah makan
kue serabi”, Pangeran Wang So meminta maaf, ia mengira racun berada di
dalam cawan. Maka Hae Soo kembali menuangkan teh yang kedua.
Segalanya tampak biasa ketika Pangeran Wang So meneguk
teh dari cawan yang pertama, tetapi kepala pangeran itu mulai terasa
pening sebelum meneguk cawan yang kedua. Pangeran Wang So mencoba tetap
kuat,ia bersikap seolah segalanya baik-baik saja, dan kembali meneguk
cawan kedua demi keberhasilan Putra Mahkota di medan
perang. Ketika Hae Soo menuangkan teh ketiga Pangeran Wang So berbalik
memandangi Ratu Yoo yang tak pernah merasa bersalah, di dalam hati ia
berucap, “Ibunda bukan meracuni cangkir, tetapi teh”, Sang Ratu merasa tak perlu peduli dengan arti tatapan itu.
Sementara Pangeran Wang So mulai digerogoti rasa sakit,
sejenak ia memandangi Hae Soo yang tak tahu apa-apa, bahkan ketika maut
mulai mengancam Pangeran ke-4, “Saya meneguk racun yang engkau tuang”.
Tangan Pangeran Wang So bergetar saat merengkuh cawan
ketiga , “Siapapun yang berusaha memisahkan persahabatan kita dengan
kata-kata culas, semoga tidak akan dapat mengubah persahabatan
ini…”Pangeran Wang So menatap Hae Soo saat meneguk teh beracun yang
ketiga kali. Sementara Putri Yeon Hwa sangat gelisah melihat keadaan
Pangeran Wang So, racun itu untuk membunuh Putra Mahkota, bukan Pangeran
ke-4. Mengapa?
Putra Mahkota menangkap ketulusan hati Pangeran Wang So,
ia harus mengatakan sesuatu, “Saya berharap Yang Mulia Raja berkenan
menarik kembali keputusan memerintah Wang So kembali ke Shinju”.
Hae Soo masih tidak tahu apa-apa, ia undur diri untuk
kembali mempersiapkan the berikutnya. Diam-diam Pangeran Wang So menatap
dayang itu, sekuat tenaga ia berusaha mengendalikan diri, tubuhnya serasa mengambang dihantam sakit tak terperi, racun semakin kuat bekerja menebar maut.
Pangeran Wang So memberi hormat kepada Yang
Mulia Raja dan berpamit undur diri. Seisi dunia tampak seakan dikepung
kabut yang semakin lama semakin tebal tanpa bentuk saat ia melangkah
pergi, pandangannya mulai kabur.Akan tetapi, Pangeran Wang So adalah
seorang prajurit tempur, ia masih mampu berdiri tegak meninggalkan ruangan hingga darah mulai menetes, sudut bibir pangeran itu kini berwarna merah.
Bersambung …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar