Jumat, 31 Mei 2019

SCARLET HEART, RYEO --Roman di Bawah Absolut Monarki-- SEPULUH





  

Pangeran Wang So telah melakukan sesuatu tanpa perlu berucap panjang, betapa ia tak akan mampu kehilangan dayang ini tanpa perlu mengetahui bagaimana sesungguhnya perasaan Hae Soo. Setelah sentuhan lembut pada bibir yang indah itu, Pangeran Wang So melepaskan dekapan. Ia memandangi jemari lentik Hae Soo, satu pertanyaan muncul, mengapa dayang ini tampak   sedemikian takut? Erat Pangeran Wang So memegang tangan Hae Soo, membawanya menunggang kuda.
Tanpa sengaja Pangeran Wang Jung melihat bayangan Hae Soo dan Pangeran Wang So berkelebat di atas kuda, ”Apa yang  telah berlaku? Kemana mereka pergi?”Pangeran Wang Jung tidak mau membuang waktu, ia harus segera menyampaikan hal ini kepada Pangeran Wang Wook. “Saya melihat So dan Soo pergi menunggang kuda meninggalkan istana. Apa  yang telah terjadi?”
”Meninggalkan istana? Benarkah?” Pangeran Wang Wook nyaris tak percaya.
”Saya yakin. Mungkinkah saya tidak mengenalnya?”Pangeran Wang Jung balik bertanya, benar ia tak salah melihat.
”Bagaimana bisa seorang dayang istana meninggalkan istana?”Pangeran Wang Wook merasa berhak marah.
“Mungkinkah So memaksa, akibat terburuk Soo bisa dihukum mati. Temukan Hae Soo, sediakan pula kuda untukku”, Pangeran Wang Jung tahu apa yang harus dilakukan.
“Engkau tetaplah tinggal di istana. Tidak baik bagimu untuk pergi pada malam hari.Masuklah, saya akan menemukan mereka”, Pangeran Wang Wook memutuskan untuk pergi seorang diri.
“Terima kasih atas perhatianmu Wang Wook, aku sangat takut dengan kemungkinan terburuk yang menimpa Hae Soo bila kedapatan pergi dari istana di Songak. Lebih  baik kita berdua menemukan Hae Soo”, Pangeran Wang Jung berkeras menyertai.
“Dalam pikiranku engkau  masih memikirkanmu seorang anak. Maaf, ternyata aku harus mempercayaimu”, akhirnya Pangeran Wang Wook memenuhi permintaan Pangeran Wang Jung.
Sementara Pangeran Wang So tengah menikmati saat yang mengesankan ketika mendekap Hae Soo di atas punggung kuda menuju ke tepi pantai menyaksikan matahari terbit. Di kejauhan tampak kaki langit  menyatu dengan garis cakrawala, matahari tampak sebagai bola raksasa merah membara yang perlahan melambung menggapai angkasa. Ombak berdebur sebagai suara alam yang merdu, Pangeran Wang So masih memeluk erat Hae Soo, ia tak akan pernah melepaskan dayang yang telah menyelamatkan hidupnya --tak akan pernah. ”Adakah  kita  akan tiba kembali ke istana dengan selamat Yang Mulia?”Hae Soo tak dapat menyembunyikan rasa cemas, pantaskah seorang dayang meninggalkan istana bersama seorang pangeran di atas punggung kuda, hukuman berat pasti tengah menantinya.
”Atau kita harus melarikan diri, meninggalkan istana selamanya? Jika engkau bersedia, saya akan melakukannya”, seorang pangeran  yang tengah jatuh cinta memang seakan dapat melakukan apa saja, meninggalkan istana sekalipun. Darah Pangeran Wang So berdesir ketika menatap wajah lembut Hae Soo, ia tidak salah memilih, ia akan selalu berada di samping dayang ini.  
Hae Soo melepas pandang sejauh  mungkin, ia tak lagi dikungkung dinding megah, ia menjadi bagian dari semesta dengan kubangan air yang sangat dasyat, mengombak membentur pesisir.Pangeran Wang So tersenyum, tak ada yang lebih mengesankan kecuali berada di dekat seorang yang dicintai.”Aku selalu ditekan untuk meninggalkan Songak, tetapi mengapa pula aku harus pergi? Atau aku  tidak pernah membawa ketidakberuntungan. Aku bukanlah hewan yang disembelih untuk kesenangan.Aku bukanlah orang yang dapat menebaskan pedang tanpa alasan. Apakah benar aku harus pergi?” Pangeran Wang So bahkan tidak yakin dengan keinginannya, apakah ia harus menetap di Songak atau harus pergi? Sikap keluarga raja sangat membingungkan.
“Saya ingin tinggal di dalam hatimu, Yang Mulia, di luar istana sekalipun. Hidup tidak harus berlumuran darah, yang paling mendasar dalam kehidupan manusia adalah rasa damai”, Hae Soo pun bergumam di dalam hati, ia  mencoba menyakinkan diri, bahwa penglihatan Pangeran Wang So sebagai Raja Gwangjong hanya sebuah khayalan.
“Andai engkau ingin pergi bersamaku, pasti aku akan membawamu…”Pangeran Wang So tiba-tiba perlu mempertimbangkan kehadirannya kembali di Songak, ibunda ratu mengharapkannya sebagai seorang pembunuh, haruskah ia menyetujui?
“Saya adalah seorang dayang, hal itu berarti saya tak bisa pergi meninggalkan istana. Maaf sekali, saya tidak mungkin pergi.Ada seorang yang harus diingat selamanya”, pada sepasang mata Hae Soo terbayang wajah rupawan Pangeran Wang Wook.
“Adakah orang yang harus selalu engkau ingat adalah Baek Ah?”Pangeran Wang So bertanya.
”Bukan”, jawab Hae Soo singkat.
”Bagus, selama bukan Baek Ah. Aku akan membunuh orang yang mengambil hatimu”, Pangeran Wang So tak akan mengijinkan seorangpun menjauhkan Hae Soo dari sisinya. Ia tak pernah menyadari, bahwa darah Hae Soo tersirap mendengar kata-katanya.
“Ingatkah saat tanganku menahan Yeon Hwa saat memukulmu?”Pangeran Wang So bertanya, saat itu sosok Hae Soo telah dalam terpatri di hati. Pangeran ke-4 berkesan  dengan sikap Hae Soo yang melihat dirinya secara apa adanya. Pangeran Wang So tahu Hae Soo tidak merasa takut dengan topeng serta seluruh cerita tentang dirinya. Ia memerlukan seorang yang menerima kehadirannya dengan arif, seorang yang selalu memberikan rasa damai.Maka, Pangeran Wang So merasa cukup yakin untuk mencium Hae Soo, membawanya pergi ke tepi pantai. Bahkan mengancam untuk membunuh seorang yang hadir di hatinya.
Hae Soo tak menjawab pertanyaan itu, ia masih menatap laut. Ia telah mengenal Pangeran ke-4 dengan cara yang tidak biasa, ia telah membantunya pada sebuah hari yang menentukan. Kini, Pangeran Wang So tak mampu kehilangan dirinya. Ia menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan Pangeran ke-4.
Suasana diam hanya lirih debur ombak membentur pesisir dan kepak sayap camar-camar yang terbang rendah. ”Ambillah ... hiasan rambut ini lebih tepat untukmu”, Pangeran Wang So memberikan hiasan rambut dengan pola bunga kepada Hae Soo, cindera mata yang urung diberikan kepada ibunda ratu, karena wanita berkuasa itu mendapatkan yang lebih  indah dari pangeran yang lain.
“Sudah tugasku membantumu tanpa niat untuk mencuri isi hati”, Hae Soo harus  menerima pemberian itu, bahasa tanpa kata yang memperdalam perasaan seorang pangeran.
”Atau, engkau akan mencoba lari meninggalkanku?”Pangeran Wang So menatap batas cakrawala dengan sorot mata yang tajam, ia tak tak akan membiarkan secuil celah bagi dayang ini untuk berlalu pergi.”O ya, bila tidak suka dengan pemberian ini engkau dapat membuangnya”, hiasan rambut itu kini harus berada dalam genggaman Hae Soo. Sebuah pemberian yang tidak mungkin ditolak.  Hae Soo menatap jepitan rambut itu, benda mungil yang didapat saat Pangeran Wang So meninggalkannya di pemandian kerajaan.
Sesaat kemudian Pangeran Wang So telah mengendalikan langkah kuda kembali ke istana.Suasana pada dua tepi jalan adalah rindang pepohonan serta hijau daun yang teramat subur, angin selembut sentuhan alam yang menampakkan tubuhnya pada ranting yang bergoyang. Tak lama kemudian langkah kuda yang ditunggangi Pangeran Wang So dan Hae Soo terhenti, di tenga jalan tampak Pangeran Wang Wook dan Pangeran Wang Jung.
“Hae Soo, bagaimana engkau bisa bisa berada di tempat ini?”Pangeran Wang Jung tak dapat  menyembunyikan rasa cemas. Setiap kali berhadapan dengan dayang ini, terbayang kembali saat pertama pertemuan ketika Hae Soo menyelamatakn dari kekejaman perompak dengan mempertaruhkan keselamatan diri.
“Adakah pangeran mencari saya di istana?”Hae Soo balik bertanya.
”Berterima kasihlah, karena hanya Wook dan aku yang tahu kemana engkau pergi”, Pangeran Wang Jung hendak menghampiri Hae Soo, namun Pangeran Wang So  menghalanginya.
“Aku yang harus membawa Soo kembali ke istana”, Pangeran Wang So merasa bertanggung jawab mengantar kembali Hae Soo ke istana, karena ia yang mengajakanya pergi ke pantai.
“Apabila sampai terlihat oleh kerabat atau penjaga istana, anda berdua akan menjadi pembicaraan, akan terjadi sebuah masalah yang besar”, Pangeran Wang Wook tak ingin Hae Soo celaka, ia harus mengambil tindakan. Pangeran ke-8 melangkah menghampiri Hae Soo, akan tetapi Pangeran Wang So kembali menghalangi .
”Kaisar sudah menyerahkan Hae Soo sebagai dayang kepadaku. Tepatlah jika aku yang bertanggung jawab”, sepasang mata Pangeran Wang So menatap Pangeran Wang Wook, ia tak ingin seorang pangeranpun terlibat dalam hal ini. Tidak juga Wang Wook atau Wang Jung.
“Ijinkan saya kembali dengan Pangeran Wang So, lebih baik Pangeran  Wang Jung dan Pangeran Wang Wook kembali ke istana Songak”, Hae Soo  mencoba melerai, ia tak ingin pertiakain ini berlanjut menjadi hal yang riuh.
”Benar, engkau akan pergi bersamanya?”Pangeran Wang Wook bertanya.
”Benar”, Hae Soo  menganggukkan kepala.
“Kupercayakan Hae Soo, semoga sampai kembali di istana dengan selamat”, dengan berat Pangeran Wang Wook melepas Hae Soo pergi  bersama Pangeran Wang So. Keduanya tidak tampak seakan seorang pangeran dan seorang dayang, tetapi sepasang kekasih yang tengah jatuh hati.
“Mestinya Soo tidak kembali bersama So”, Pangeran Wang Jung tidak setuju, tetapi apa daya, ia tak  berkuasa melawan Pangeran WangSo.
“Adalah untuk yang terakhir kali saya membiarkan hal seperti ini”, Pangeran Wang Wook menyerah, ia sungguh m enolak pemandangan ini.Hae Soo berada dalam dekapan Wang So di atas punggung kuda.
Sementara Sanggung Oh sibuk mencari Hae Soo ke seluruh sudut Istana Damiwon, ia tak dapat menemukan bayang-bayang dayang itu. Sampai di gerbang Damiwon Sanggung Oh terpengarah, ia tidak sedang berkhayal, tetapi benarkah? Hae Soo, dayang itu berada di atas punggung kuda dalam dekapan Pangeran Wang So. Sepasang mata kepala dayang itu seakan hendak terloncat dari kelopaknya.
“Kuharap tidak menyalahkan Soo”, Pangeran Wang So membuka  pembicaraan, ia tahu arti raut wajah Sanggung Oh. Hae Soo telah melakukan kesalahan.
”Yang Mulia Raja sudah menugaskan dan meminta bantuanku. Saya harus pergi. Ingat,  bahwa membawa dayang istana sudah dianggap sebagai tindakan yang bertentangan”, Sanggung Oh mengendalikan amarah.
“Apakah Sanggung Oh akan menghukum Soo?” Pangeran Wang So bertanya.
“Lebih baik Pangeran ke-4 kembali ke istana”, jawab Sanggung Oh singkat.
”Saya percaya padamu”, Pangeran Wang So pun berlalu pergi, Hae Soo hanya terdiam menatap. Ia tahu apa yang akan terjadi setelah Pangeran ke-4 meninggalkan Damiwon.
“Engkau benar tidak cocok berada di istana!” suara Sanggung Oh seakan sebuah ledakan, mata indah itu berubah merah seakan bara. “Mestinya tidak semudah itu memberikan kebaikan hati kepada orang lain, engkau tinggal di istana, bukan lingkungan biasa”, Sanggung Oh menatap wajah manis Hae Soo dalam-dalam, seandainya ia  mampu menelan gadis itu.
”Apa yang harus saya lakukan sekarang?”Hae Soo menundukkan kepala, ia harus menyadari kesalahannya.
”Tunggulah hingga perasaan Pangeran ke-4 mereda”, dari kemarahan, perasaan Sanggung Oh berubah menjadi gamang. Sesungguhnya ia mencemaskan nasib dayang yang satu ini. Mengapa ia terlalu gegabah, pergi menunggang kuda bersama Pangeran ke-4 menuju suatu tempat?
                                    ***
Di arena pelatihan ketangkasan Pangeran Wang Yo merentang gendewa, membidikkan anak panah, ia cukup tangkas untuk hal yang satu ini, seluruh bidikannya mengenai sasaran. Tak lama kemudian Pangeran Wang Wook datang, melakukan hal yang sama, merentang gendewa membidikkan anak panah, akan tetapi anak panahnya meleset, tak ada yang mengenai sasaran. ”Engkau tak mampu mencapai sasaran,  sekarang saya melihatnya. Ketika merentang gendewa bayangkan bagaimana anak panah mampu mengenai jantung orang yang ingin menjatuhkan tahta seorang raja. Tak akan  pernah kubiarkan hal ini terjadi. Bagaimana denganmu? Siapa sasaranmu?”Pangeran Wang Yo membuka pembicaraan.
”Aku tak memiliki sasaran, hanya sekedar berlatih”, Pangeran Wang Wook kembali merentang gendewa, tetapi bidikan kembali meleset.
“Tanpa sasaran yang tepat, seorang akan mudah terguncang. Aku tahu Yang Mulia Raja sengaja mengirimku ke medan pertempuran untuk mati, namun aku akan kembali ke Songak dalam keadaan  hidup”, Pangeran Wang Yo menekan rasa nyeri di ulu hati, ia harus menelan kenyataan pahit dijauhkan seorang raja dari kehidupan istana.
“Aku yakin engkau dapat kembali dengan selamat”, Pangeran Wang Wook mencoba menghibur Pangeran Wang Yo. Ia tak mampu membayangkan bila hal semacam itu mesti terjadi pada dirinya.
“Sebelum merentang gendewa, pikirkan baik-baik siapa sasaranmu. Kita tidak memiliki hal serupa yang layak disetujui”, Pangeran Wang Yo memberikan nasehat, masihdengan nyeri di ulu hati. Yang Mulia Raja tak  menghendaki kehadirannya di istana, di dekat ibunda.
Pangeran Wang Wook memenuhi nasehat Pangeran Wang Yo, ia merentang gendewa dengan lebih cermat, membidik dengan kesungguhan. Sesaat kemudian ketika sebatang anak panah melesat, ujungnya segera mengenai sasaran. Pangeran Wang Yo benar, ia harus tahu siapa sesungguhnya sasaran itu.
Pangeran Wang  Yo meletakkan gendewa, saatnya pergi bertempur, tetapi bukan untuk mati, ia harus tetap hidup. Pangeran Wang Wook melakukan hal yang sama, meletakkan gendewa. Ia memiliki celah  untuk bertemu dengan seorang gadis yang dicintainya, Hae Soo. Tak seorang pun tahu ketika keduanya duduk bersisihan selayaknya kekasih hati di gua yang terletak tak jauh dari pemandian. “Adakah pangeran marah? Saya hanya melihat matahari terbit bersama Pangeran ke-4”, Hae Soo tak ingin Pangeran Wang Wook terlibat masalah sehingga, ia memilih pergi bersama Pangeran Wang So.
“Aku tidak marah, hanya khawatir, sehingga kutempatkan engkau di Istana Damiwon. Aku akan meminta ijin Yang Mulia Raja supaya bisa menikahimu.Ketika engkau menghilang, aku teringat saat hari pernikahan dengan raja. Aku sungguh cemas, kukira aku akan kehilanganmu. Tak ingin kubuat kesalahan untuk yang kedua kali. Nyonya Hae pernah sampaikan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena beban berat dan masa depan yang selalu mencemaskan. Orang yang dapat membuatku tertawa serta menulis puisi yang indah adalah engkau. Aku berjanji akan meninggalkan istana, pergi ke Hwangju dan hidup bersamamu dengan damai. Akan kuberikan sesuatu yang tak bisa kuberikan pada Nyonya Hae. Benarkah engkau yakin untuk menjadi istriku?”tak ada yang diinginkan Pangeran Wang Wook saat ini, kecuali menikahi Hae Soo, hidup damai meski harus meninggalkan kehidupan istana.
Hae Soo terdiam mendengar kata-kata indah itu, ia tak menyangka Pangeran Wang Wook tidak berubah, tetap dengan keinginan menikahinya. Ia akan mengerti arti rasa bahagia bila hidup bersama dengan Pangeran ke-8. ‘Tapi bagaimana  jika Raja Gwangjong membunuhnya?’ bulu kuduk Hae Soo kembali meremang.
”Apakah engkau tak hendak lagi hidup bersamaku?”Pangeran Wang Wook merasa aneh dengan mulut dayang yang terkunci itu. Ia tak pernah tahu perang yang berkecamuk di dalam pikiran Hae Soo.
”Saya tetap menginginkannya”, tanpa sadar Hae Soo  menjawab.
“Apakah engkau masih percaya pada janjiku?”Pangeran Wang Wook pun menyentuh pipi Hae Soo, hatinya bergetar. ”Akankah engkau memberiku sebuah jawaban? Akankah kamu ingin menikah denganku?”Pangeran Wang Wook mengaharap sebuah kepastian, ia masih memiliki satu penghalang. Waktu.
Suasana di dalam gua membangkitkan rasa syahdu, andai keduanya bisa selamanya duduk bersanding dalam damai mewujudkan harapan. Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan Sanggung Oh,”Gadis yang bersembunyi saat pangeran mandi adalah engkau!”Sanggung Oh kembali dihantam rasa gamang, Hae Soo terlalu gegabah untuk duduk berdua di tempat rahasia bersama seorang pangeran. Dayang itu tak pernah tahu, dengan siapa sebenarnya sebenarnya seorang pangeran Goryeo bisa duduk berdua.
”Sanggung Oh, saya akan menjelaskannya”, Pangeran Wang Wook tergagap, ia tak menyangka Sanggung Oh akan mendapatkan pertemuan ini.
“Jika pertemuan rahasia ini terkuak, anda berdua akan dihukum mati. Seorang pangeran akan mendapatkan hukuman keras bila berhubungan dengan seorang dayang istana. Bukankah pangeran telah mengetahui akan hal ini? Soo ikut saya”, Sanggung Oh seolah sanggup melakukan apa saja untuk menyelamatkan Hae Soo, ia tahu ketika berhubungan dekat dengan seorang pangeran, dayang istana tengah berada sangat dekat dengan hukuman mati. Keduanyapun  melangkah membiarkan Pangeran Wang Wook terpaku seorang diri.
Kini Sanggung Oh dan Hae Soo hanya tinggal berdua. “Lebih baik kita bersama pergi meninggalkan istana. Tabib istana telah memintaku pergi untuk memulihkan kesehatan yang semakin memburuk.Kita bisa pergi ke desa, aku khawatir  hubunganmu dengan Pangeran Wang Wook. Lebih baik engkau hindari pertemuan itu”, Sanggung Oh memberikan saran sebelum hal yang paling buruk menimpa bocah “malang” ini.
“Pangeran Wang Wook mengajak saya untuk menikah, saya menerima lamaran itu”, Hae Soo meragukan saran Sanggung Oh, dapatkah ia meninggalkan istana? Meninggalkan Pangeran Wang Wook?
“Bukankah Pangeran Wang So juga mengharapkanmu?  Engkau mengira bisa bertahan dengan dua pengeran yang mengharapkanmu? Saya takut engkau  akan dalam bahaya jika hati seorang pangeran berubah”, Sanggung Oh  menyatakan yang sesungguhnya,  ketika usia Yang Mulia Raja semakin tua, maka para pengeran akan berebut tahta dan dapat mengorbankan apa saja, termasuk wanita yang dicintainya.
“Pangeran Wang Wook memiliki sifat yang berbeda, dia tak pernah berubah”, dalam hal ini Hae Soo tak mampu melihat masa depan, benarkah Pangeran ke-8 tak akan pernah mengubah pendirian?
”Istana adalah tempat manusia berubah terhadap semua janji manisnya. Pernah kuberikan hatiku pada seorang jenderal, yang akhirnya menduduki tahta Goryeo, sekarang ia adalah Yang Mulia Raja Wang Geon. Saat Yang Mulia berniat menikah, maka ia harus pula melindungi tahta.Ternyata ia lebih memilih tahta daripada cinta kekasih hati, ia melupakanku seorang anak perempuan dari penjual ramuan herbal di desa kecil.  Aku ingin tetap bersama Yang Mulia Raja, aku rela hidup sebagai dayang istana dan bukan menjadi seorang wanita yang layak mendampinginya. Aku hanya bisa membuatkan teh, menyisir rambut, serta mencuci pakaian Yang Mulia Raja Wang Geon. Aku harus memanggil kekasihku Yang Mulia”, suara Sanggung Oh berubah seakan ratapan, Hae Soo terpana, kiranya wajah cantik itu  menyembunyikan cerita sendu di balik tatapan matanya yang dingin.
“Aku semakin sedih, karena harus membasuh wanita yang akan menjadi selir  Yang Mulia Raja Wang Geon. Adakah engkau ingin mengalami hal yang sama? Engkau masih bisa undur, tinggalkan istana pada kesempatan pertama atau terjebak selamanya dalam bahaya”, tak mudah bagi Sanggung Oh mengucapkan, tetapi harus.
”Pangeran ke-8 sudah memintaku untuk meninggalkan istana dan pergi ke Hwangju”, Hae Soo mengira Pangeran Wang Wook tidak akan serakah pada tahta, sehingga dia bisa hidup bahagia bersamanya. Sampai saat ini Hae Soo dengan bodohnya masih mempercayai Pangeran Wang Wook. Sanggung Oh menatap dengan Hae Soo dalam-dalam, sepasang matanya berkaca-kaca. Ia seakan telah melihat masa depan itu, betapa kelam langit yang akan membentang di atas kepala dayang itu.
Usai pembicaraan dengan Sanggung Oh, Hae Soo memandangi hiasan rambut yang diberikan oleh Pangeran Wang So, pikirananya menerawang jauh. Ia hanya memandang sebuah hiasan rambut, tetapi benda mati lebih dari sekedar sebuah tusuk konde. Sementara di luar kamar Pangeran Wang So sudah menunggu Hae Soo, ia memerlukan gerakan tangan dayang itu.”Bisakah saya meminta bantuan Soo?”Pangeran Wang So bertanya kepada Sanggung Oh.
“Saya telah menyarankankannya untuk beristirahat”, Sanggung Oh menjawab, ia ingin jarak terukur antara Pangeran dan Hae Soo sebelum bahaya menjebak.
“Saya bersedia membantunya”, Hae Soo mendengar pembicaraan itu, ia tidak keberatan membantu. Sesaat kemudian Hae Soo telah melakukan tata rias  pada wajah Pangeran Wang So, meski rasa cemas tak dapat menjauh dari relung hati.”Saat seseorang ditolong, ia akan mengggap orang yang menolong sebagai teman. Dasarnya adalah rasa sayang, rasa saying yang berbeda.Berbeda”, Hae Soo yakin Pangeran Wang So salah menilai perasaannya.ia telah mencintai Pangeran Wang Wook, bukan Wang So.
”Aku tak pernah memikirkan apa itu rasa saying? Apa itu berbeda, bagiku sama. Apakah engkau berniat menjauh? Jangan pernah mencoba. Bersiap-siaplah”, Pangeran Wang So berniat mencium Hae Soo, namun dayang itu mengelak.”Tak usah takut, aku tak akan mencium tanpa seijinmu”, Pangeran Wang So harus menyadari keraguan Hae Soo, meski ia tak pernah ragu dengan dirinya.
Saat Hae Soo menyelesaikan tata rias wajah Pangeran Wang So, ia segera undur diri. Di luar ruangan, Pangeran Wang Jung tiba-tiba menghampiri. Saat Wang Jung hendak menghampirinya, Hae Soo berkata,”Chamkan...”, sembari menggoyangkan tangannya.
“Aku sungguh khawatir saat melihatmu pergi bersama Wang So”, Pangeran Wang Jung tak dapat menutupi wajahnya yang cemas.
“Pangeran Wang So hanya mengajakku pergi menghirup udara segar”, Hae Soo harus menjawab pertanyaan itu.
“Aku tak suka dengan cara Wang So”.
“Cobalah untuk mengerti Pangeran Wang So, Pangeran Wang Jung hidup penuh cinta dari ibuda sedangkan, berbeda dengan Pangeran Wang So”, Hae Soo memberikan pembelaan.
“Kebaikan ibunda ratu adalah, karena kerja kerasku.  Semenjak So datang ke Songak, ibunda dan Wang Yo sudah banyak berubah”.
“Adakah Pangeran Wang Jung menyalahkan Pangeran Wang So akan hal itu?”
“Aku tak ingin sepenuhnya menyalahkan  Wang So, jika bukan karena Wang So, aku tidak akan pernah tahu apa yang terjadi antara ibunda dan Wang Yo. Aku merindukan masa silam saat engkau tinggal di kediaman Wang Wook dengan senyum  ceria”, Pangeran Wang Jung menatap wajah lembut Hae Soo, ada beribu kata, namun tak pernah terucap.
“Aku memikirkan hal serupa, ingin kembali ke masa itu”, Hae Soo tak pernah memperhatikan arti tatapan Pangeran Wang Jung, ia terlalu sibuk dengan pikirannay sendiri. Suatu saat ia akan tahu.
                                   ***
Pada sebuah ruangan di lingkungan istana Pangeran Wang  Wook tengah bertemu dengan Putri Yeon Hwa serta ratu Hwangboo. “Pada acara makan besar hari ke sembilan tahun baru Lunar, saya akan meminta ijin Yang Mulia Raja untuk menikah dengan Hae Soo. Kami akan menetap di Hwangju, meninggalkan istana. Saya tahu pihak keluarga menginginkan tahta, namun aku tidak. Percaturan politik istana hanya membuat miris.Aku hanya ingin hidup damai”, Pangeran Wang Wook membuka pembicaraan, mengungkap keinginan yang sebenarnya.
”Engkau akan menyerahkan tahta? Engkau ingin membuang ibumu dan aku keluar dari I istana, dan hidup sebagai manusia biasa?”Putri Yeon Hwa merasa amarah mulai membakar, ia  membayangkan wajah Hae Soo dengan segala rasa geram. Dayang itu selalu menimbulkan masalah. Mengapa harus ada seorang gadis yang hilang ingatan di istana ini?
”Ada banyak cara untuk melindungi diri tanpa harus menjadi raja. Percayalah padaku”, Pangeran Wang Wook memberikan alasan.
“Lakukan apa yang ingin engkau lakukan, andai harus menikahi  Hae Soo. Akan tetapi, keinginan itu bukan suatu hal yang mudah,  engkau harus melakukan persiapan dengan baik”, Ratu Hwangbo cukup bijak menanggapi keinginan Pangeran Wang Wook.
“Hae Soo akan berterima kasih kepada ibunda ratu”, Pangeran Wang Wook menyudahi percakapan kemudian berpamit pergi.
“Ibunda ratu  harus menghentikan Wang Wook”, Putri Yeon Hwa tidak bisa menyembunyikan kegelisahan, nasibnya ada di tangan Wang Wook yang masih berhak akan tahta.
“Aku sudah lelah untuk bisa meraih tahta Dinasti Goryeo. Membebani kakakmu adalah lebih berat dari yang kamu bayangkan. Biarkan dia melakuan apa yang diingikannya”, Ratu Hwangbo menyanggah.
”Ibu pernah dibuang sepuluh tahun yang lalu, karena menyebabkan keguguran dayang istana yang dicintai raja, karena ulah Ratu Yoo ”, wajah Putri Yeon Hwa merah padam, kemarahannya meluap. “Jika kita tidak merebut tahta, aku khawatir beberapa selir akan menyerang, maka kita harus keluar dari istana. Atau lebih buruk dari itu.Sekarang aku mempunyai tujuan, tidak ingin lagi menjadi putri atau adik raja, aku ingin menjadi istri raja dan memerintah atasnya”, Putri Yeon Hwa tidak memiliki pilihan lain, ia harus mampu menyelamatkan diri dengan menduduk tempat tertinggi, sehingga tak satupun pihak di istana mampu menyerangnya.
Ratu Hwangbo tertegun, ia tak mampu mengucap satu patah kata.  Ia tetap tak  mengucap satu patah kata saat Putri Yeon Hwa pergi menemui Ratu Yoo untuk membagikan sebuah cerita, Ratu Yoo menyambutnya dengan baik. Akan tetapi, tak seorangpun tahu apa sebenarnya cerita itu.
                                    ***
Pangeran Baek Ah mendengar bahwa seorang penari telah tiba di Gibang, sehingga ia pergi sendiri untuk memeriksanya, di tempat tujuan ia melihat wajah cantik itu, Woo Hee --si penari pedang. Sebaliknya sang penari juga menyadari kehadiran Pangeran Baek Ah. Wajah cantik itu segera berubah  menjadi ketus,”Ada yang menyewamu untuk membuntutiku?”satu hal yang selalu berada dalam pikiran Woo Hee adalah rasa curiga, ia merasa tidak salah mencurigai Pangeran Baek Ah, seorang yang tidak dikenalnya.
“Aku datang ke tempat ini untuk bermain musik bersama para penari”, Pangeran Baek Ah menatap wajah itu dalam-dalam, tak mungkin si  penari pedang adalah  gisaeng, penampilan serta tata cara berbicara lebih menyerupai seorang gadis keturunan bangsawan.”Lebih baik kita saling memperkenalkan diri setelah tiga kali bertemu …”
“Namaku Bok Soon”, si penari pedang menyebutkan sebuah nama, tetapi tiba-tiba seorang gisaeng memanggilnya,“Woo Hee!”si penari terdiam. Sementara Pangeran Baek Ah tersenyum menang, cukuplah kali ini mengenal nama penari cantik itu.
                                       ***
Ratu Yoo dan Pangeran ke-9, Wang Won menemui menteri Park Young Gyu untuk meminta saran. Persekutuan antara Putra Mahkota dan Pangeran Wang So adalah kekuatan yang harus diperhitungkan kemudian dipecah belah. Permaisuri harus bertindak, atau ia akan kehilangan peluang selamanya. Suatu hal mengerikan  bagi seorang ratu adalah manakala ia harus tersingkir dari kemilau tahta.”Bagaimana memisahkan Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota dari Wang So?”Ratu Yoo membuka pembicaraan.
“Yang Mulia Raja harus percaya, bahwa So adalah musuh Putra Mahkota, sehingga Ratu harus berpura-pura mendukung So, dan sisanya aku yang akan mengurusnya”, suara menteri Park Young Gyu dalam.
“Aku telah memberikan dokumen Putra Mahkota yang kucuri kepada  So, Putra Mahkota akan mencurigai So telah mengambilnya”, Pangeran Wang Won akhirnya melibatkan diri dalam persengkongkolan.
“Semua rencana pasti akan berjalan lancar, terlebih setelah Yo bertemu dengan Wang Shik Ryeom”, Ratu Yoo menganggukkan kepalanya, ia sungguh merasa cemas dengan persekutuan antara Putra Mahkota dan Pangeran Wang So.tak ada cara yang lebih culas kecuali memfitnah dan memisahkan. Dan telah mendapatkan.
                                      ***
Di tempat yanag berbeda tampak Pangeran Baek Ah mengunjungi Pangeran Wang So, ia merasa perlu bertanya, “Benarkah engkau membawa Hae Soo  keluar dari istana? Ia adalah dayang istana, jika engkau memperlakukan sebagai gadis biasa, kalian berdua akan berada dalam masalah. Lebih baik jangan berbuat hal yang menyulitkan”, Pangeran Baek Ah mencemaskan nasib Hae Soo.
“Aku tak bermaksud untuk menyulitkan Soo, aku hanya tak tahu bagaimana harus berhubungan dengan orang-orang dan telah membuat kesalahan. Apakah aku harus diingatkan untuk hal seperti itu?”Pangeran Wang So bertanya, ternyata Baek Ah juga memperhatikan dayang itu.ia sangat peduli. Pangeran Wang So meletakkan  tangannya di pundak Pangeran Baek Ah,”Hanya engkau dan Soo yang kumiliki di dunia ini”Pangeran Wang So dengan tulus.
Kedua pangeran itu masih hendak bercakap-cakap, akan tetapi ahli bintang, Choi Ji Mong datang  membawa kabar buruk tentang Putra Mahkota. “Keluarga dari pihak ibu Putra Mahkota dituduh telah menggelapkan pajak, sehingga para menteri memanggil Pangeran Moo untuk dipecat dari kedudukannya sebagai Putra Mahkota. Para  menteri berkeberatan menyerahkan masa depan negara ini kepada Putra Mahkota, sebaliknya mereka menyarankan agar Wang So ditunjuk sebagai Putra Mahkota yang baru, karena dia telah memenangkan kepercayaan dari keluarga kerajaan dan seluruh bangsa ini setelah berhasil memimpin ritual turun hujan”, wajah Choi Ji Mong tampak bimbang, benarkah tuduhan itu?
Pangeran Wang So dan Baek Ah terpana, keduanya bertatapan nyaris tak percaya. Seolah mendukung kebimbangan si ahli bintang. Benarkah? Suasana menjadi diam, bahkan angin seakan enggan berhembus.
Sementara Wang Won, Pangeran ke-9 berbisik perlahan ke telinga Putra Mahkota,” Semua ini terjadi, karena aku memberitahu Wang So tentang catatan yang ditulis oleh Paman Moo”, bisikan itu berhembus jauh hingga menjadi pengertian bagi Putra Mahkota, seakan-akan Pangeran Wang So yang telah membeberkan catatan itu. Pangeran Wang Won bersikap seolah-olah ia tak bersalah, ia berhasil mendapatkan simpati, sesaat kemudian ia berpamit, meninggalkan Putra Mahkota Moo yang mulai mencurigai Pangeran Wang So.
Badai tampaknya mulai menggasing, setelah bibir bergincu Sang Ratu menghembusnya dengan perlahan, tetapi pasti.
Yang Mulia Raja Taejo berpikir keras, mencari  jalan keluar atas persoalan ini, ia telah tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Ia perlu bercakap dengan Pangeran ke-4, “Untuk sementara kembalilah ke Shinju, ada segelintir orang yang menginginkanmu menjadi Putra Mahkota, ibumu Ratu Yoo  ada di balik semua ini, memanfaatkanmu untuk mendapatkan tahta”, Yang Mulia merasa berat untuk berucap, tetapi harus.
“Mohon ampun Yang Mulia, saya tidak pernah berhubungan dengan ibunda ratu. Apakah saya benar harus pergi?”, suatu hal yang berat bagi Pangeran Wang So adalah meninggalkan istana, rumah yang sesungguhnya, tetapi bagaimana ia bisa menolak perintah seorang raja?
“Hati seseorang bisa saja menjadi licik, meskipun sekarang tidak”, Yang Mulia Raja tidak mengubah keputusannya.
“Yang Mulia …”
“Pergilah untuk sementara ke Shinju”.
                                ***
Sementara Putri Yeon Hwa yang jelita secara rahasia melakukan tindakan  mengerikan, ia mendekati seorang dayang istana, berbisik lembut, “Taburkan  racun ke dalam teh Putra Mahkota yang akan dibawa oleh seorang dayang istana, Hae Soo. Jangan pernah Ratu Yoo tahu akan hal ini”, kemarahan Putri Yeon Hwa terhadap Hae Soo telah sampai pada puncaknya,ia telah mendorong Pangeran Wang Wook menuju singgasana, tetapi Pangeran ke-8, cendikiawan Goryeo, kakanda tercinta, memilih pergi dari istana untuk hidup bersama dengan Hae Soo. Dayang yang pernah hilang ingatan itu –suatu hal yang menggelikan. Mungkinkah seorang dayang mampu menghancurkan harapan seorang Putri Goryeo atau sebaliknya?
Adapun Pangeran Wang So datang ke kamar ibunda ratu, meluapkan amarah yang membeludak bagai leleran lava pijar, “Kapan ibunda akan meninggalkanku sendiri?”
“Aku hanya ingin membantumu mendapatkan tahta, bukankah engkau sendiri yang  ingin menjadi raja? Tahta akan menjadi milikmu bila semua berjalan sesuai rencana”, Ratu Yoo selalu bersikap tenang, ia tak peduli dengan kemarahan Pangeran Wang So, ia memang tidak harus peduli dengan kemarahan itu.
“Berhentilah berpura-pura seolah-olah semua ini demi kebaikannya”, Pangeran Wang So menyesal mengapa ia harus berhadapan dengan ibunda ratu dalam keadaan seperti ini?
“Putra Mahkota akan meninggal di hari kesembilan dalam bulan kesembilan, karena meminum teh beracun. Aku telah mengirimkan racun itu, engkau tidak bisa menghentikannya”, Ratu Yoo masih berucap dengan suara tenang, seolah pembunuhan Putra Mahkota adalah suatu hal yang biasa.
“Aku memastikan rencana itu tidak akan berjalan lancar”, bulu kuduk Pangeran Wang So meremang,bagaimana seorang ibu bisa membunuh anak tiri dengan darah dingin, karena alasan tahta. Atau, memang demikianlah kehidupan di dalam dinding istana.
“Andaikan engkau memberitahu seseorang, bahwa aku yang telah mengirim cangkir teh beracun. Aku akan mengaku, kulakukan semua ini untuk mengantarmu menjadi raja”, Ratu Yoo tergelak. “Jika engkau mencoba menghentikan, maka sama dengan mengikat tali di lehermu sendiri”, Sang Ratu masih tertawa dengan suara nyaring, memantul ke dinding istana.
“Semua tidak akan berjalan sesuai rencana”, Pangeran Wang So tidak bisa membayangkan Putra Mahkota akan meninggal dengan cara mengerikan, ia harus  mencari jalan keluar bagi rencana keji ibunda ratu.
“Bukankah Yang Mulia Raja ingin menendangmu keluar dari istana? Seorang dayang istana yang menyajikan teh itu akan mati, demikian pula Putra Mahkota Moo. Aku akan memiliki segalanya”.
“Bagaimana saya bisa mempercayainya?”Pangeran Wang So memandang Ratu Yoo dengan tatapan aneh.Benarkah ia tengah berhadapan denganseorang ibu?
“Aku akan mendukungmu dan percaya, engkau tidak akan mebunuh saudaramu setelah menjadi raja”, sangat mudah bagi Ratu Yoo merencanakan pembunuhan sekaligus menghilangkan jejak, seolah ia hanya menebas cabang dari dahan.Sang Ratu tak pernah tahu, betapa pandangan Pangeran Wang So menjadi berkunang-kunang, langit seakan runtuh.  
Sementara di tempatnya bekerja, ahli bintang Choi Ji Mong menatap langit,  bertanya-tanya, ‘Mengapa bintang Putra Mahkota mulai memudar?’
                                   ***
Woo Hee memanggil Menteri Park Young Gyu ke Gibang mendesaknya untuk memulai pemberontakan. Dendan kesumat sang penari pedang kepada Yang Mulia Raja Taejo membakar keinginan gadis itu untuk membunuh Wang Geon. “Apabila tidak memulai pemberontakan, aku akan memberitahu orang-orang Baekje tentang apa yang telah engkau lakukan sebelumnya. Kehidupan  bagimu hanya tinggal hitungan hari”, satu keinginan dalam diri Woo Hee adalah melihat Raja Taejo Wang Geon terkapar berlumuran darah, untuk melunasi segala sakit hati.
“Ketika masih kecil engkau memanggilku paman. Akan tetapi, apa pun yang sudah engkau lakukan, engkau tak berkuasa lagi memerintahku”, Menteri Park Young Gyu menjawab, mungkinkah ia dipaksa melakukan pemberontakan dengan akibat kalah dan hukuman mati?
Woo Hee mengancam dengan menghunus sebilah pisau kecil, tetapi saat melihat Pangeran Baek Ah mendekat, gadis itu bersikap seolah-olah seorang gisaeng yang sedang bertengkar dengan seseorang yang ingin mendekatinya. Menteri Park Young Gyu ikut pula berpura-pura kemudian segera berjalan pergi. Pangeran Baek Ah sepertinya mengenali Menteri Park Young Gyu, namun ia lebih tertarik untuk mendekati  Woo Hee.”Engkau datang terlambat seperti pahlawan kesiangan, tidak mampu bertindak apa-apa”, suara Woo Hee hambar.
“Engkau pasti bisa menangani persoalanmu sendiri, tapi lihatlah”, Pangeran Baek Ah memamerkan sebuah perhiasan milik gadis itu yang pernah terjatuh. “Sepertinya engkau tidak menginginkannya kembali”, Pangeran Baek Ah menatap wajah cantik itu, seraut wajah yang diselimuti misteri. Apa sesungguhnya yang diinginkan gadis itu?
                                  ***
Pada hening suasana makan Pangeran Wang Wook datang berziarah, ia perlu mengunjungi makam Nyonya Hae dengan sebuah permintaan, “Jagalah aku dan Hae Soo”, pangeran itu cukup lama terdiam dalam suasana sunyi kemudian ia harus berkumpul bersama anggota keluarga kerajaan pada sebuah acara yang telah ditetapkan.
Sementara acara perjamuan keluarga kerajaan tengah berlangsung di sebuah ruangan terbuka. Pangeran  Wang So memusatkan perhatian kepada Putra Mahkota, ia tak pernah mengerdipkan mata setiap kali Pangeran Wang Moo minum.Keluarga kerajan bergantian minum sambil menyebutkan sepenggal puisi dari Zhoung Hui. Satu persatu mereka meneguk arak, menyebutkan sepenggal puisin kemudian menunjuk  orang lain.
Ratu Yoo selalu memperhatikan, ternyata  Putra Mahkota  tidak meneguk arak yang disajikan. Ia tahu terbuka kesempatan untuk menyajikan teh beracun. Jantung Pangeran Wang So berdegup kencang, ia tidak ingin, tetapi harus menyaksikan kematian yang telah direncanakan.  Pangeran ke-4 tak  pernah tahu, Hae Soo telah masuk ke dalam perangkap sebagai dayang yang  bertugas menghidangkan the bagi Pangeran Wang Moo. 
Pangeran Wang Eun bersama Park Soon Duk datang ke terlambat keduanya bertemu  Hae Soo di lorong istana. Pada tangan dayang itu adalah sepoci teh maut, siap disajikan bagi Putra Mahkota. Hae Soo segera membungkuk memberikan salam ketika berpapasan dengan Pangeran Wang Eun. Pangeran ke-10 merasa dadanya dikoyak rindu dendam, ia mencoba mengabaikan Hae Soo, tetapi Park Soon Duk mengingatkan, “Ia akan terus membungkuk hingga engkau berhenti mengabaikan”.
“Angkat kepalamu”, tak lama kemudian Pangeran Wang Eun kembali dapat menatap wajah lembut Hae Soo, pangeran itu tampak gugup. Kerinduan terhadap dayang ini berubah menjadi dendam, karena permintaannya  untuk menjadikan selir bertepuk sebelah tangan. Bagaimana mungkin seorang dayang dapat menolak permintaan seorang pangeran?  “Dengarkan, aku sama sekali tak ingin melihat wajahmu,  segera berbalik. Dan segera berbalik setiap kali bertemu!” setelah   meluapkan kekesalan  Pangeran Wang Eun bergegas pergi.
“Mengapa tidak sebaiknya engkau menjadi istri kedua Pangeran Wang Eun?”Park Soon Duk bertanya.
“Baik-baik selalu dengan Pangeran Eun, supaya tidak menyebabkan kegaduhan di istana. Pangeran Eun masih mudah dipengaruhi”, Hae Soo tersentuh melihat Park Soon Duk tampak bahagia berdampingan dengan Pangeran Wang Eun.
“Sekarang aku adalah istri Wang Eun”, Park Soon Duk tampak tidak nyaman dengan pesan Hae Soo, ia belum lagi mengerti kisah mengerikan yang menanti pada hari depan.  
Teh yang dibawa oleh Hae Soo untuk disajikan kepada Putra Mahkota  telah diuji terlebih dahulu menggunakan sendok perak, untuk memastikan tidak mengandung racun. Sebelum teh itu tiba, Pangeran Wang So nyaris kehilangan kesabaran dan bersiap akan memberitahu Putra Mahkota tentang rencana Ratu Yoo hari ini. Jantung pangeran itu seakan meloncat saat Hae Soo melangkah pasti dengan nampan berisi teh bagi Putra Mahkota. Ia teringat ucapan ibunda ratu,” Seorang dayang istana yang menyajikan teh itu akan mati, demikian pula Putra Mahkota Moo. Aku akan memiliki segalanya”.
Pangeran Wang So merasa  badai mulai menggasing di kepalanya, dayang istana yang akan mati adalah Hae Soo. Apa kesalahan gadis itu? Pangeran ke-4 tahu,ia harus melakukan sesuatu.
“Ada yang ingin engkau sampaikan?” Putra Mahkota bertanya.
“Saya telah menyebabkan Putra Mahkota berada dalam masalah akhir-akhir ini. Selaku saudara saya ingin meminta tiga cawan teh untuk memperkuat persaudaraan”, Pangeran Wang So memberanikan diri, ia sungguh harus melindungi Hae Soo.
Sementara Putri Yeon Hwa tampak gugup ketika melihat Hae Soo, dayang itu tak pernah tahu teh yang tersaji di atas tangannya adalah minuman maut yang  tengah ditujukan kepada Pangeran Wang So. Dengan sengaja Pangeran ke-4  menjatuhkan gelas pertama,”Maaf sekali, tangan saya berminyak setelah  makan kue serabi”, Pangeran Wang So meminta maaf, ia mengira racun berada di dalam cawan. Maka Hae Soo kembali menuangkan teh yang kedua.
Segalanya tampak biasa ketika Pangeran Wang So meneguk teh dari cawan yang pertama, tetapi kepala pangeran itu mulai terasa pening sebelum meneguk cawan yang kedua. Pangeran Wang So mencoba tetap kuat,ia bersikap seolah segalanya baik-baik saja, dan kembali meneguk cawan  kedua demi keberhasilan Putra Mahkota di medan perang. Ketika Hae Soo menuangkan teh ketiga Pangeran Wang So berbalik memandangi Ratu Yoo yang tak pernah merasa bersalah, di dalam hati ia berucap, “Ibunda bukan meracuni cangkir, tetapi teh”, Sang Ratu merasa tak perlu peduli dengan arti tatapan itu.
Sementara Pangeran Wang So mulai digerogoti rasa sakit, sejenak ia memandangi Hae Soo yang tak tahu apa-apa, bahkan ketika maut mulai mengancam Pangeran ke-4, “Saya meneguk racun yang engkau tuang”.
Tangan Pangeran Wang So bergetar saat merengkuh cawan ketiga , “Siapapun yang berusaha memisahkan persahabatan kita dengan kata-kata culas, semoga tidak akan dapat mengubah persahabatan ini…”Pangeran Wang So menatap Hae Soo saat meneguk teh beracun yang ketiga kali. Sementara Putri Yeon Hwa sangat gelisah melihat keadaan Pangeran Wang So, racun itu untuk membunuh Putra Mahkota, bukan Pangeran ke-4. Mengapa?
Putra Mahkota menangkap ketulusan hati Pangeran Wang So, ia harus mengatakan sesuatu, “Saya berharap Yang Mulia Raja berkenan menarik kembali keputusan memerintah  Wang So kembali ke Shinju”.
Hae Soo masih tidak tahu apa-apa, ia undur diri untuk kembali mempersiapkan the berikutnya. Diam-diam Pangeran Wang So menatap dayang itu, sekuat tenaga ia  berusaha mengendalikan diri, tubuhnya serasa mengambang dihantam sakit tak terperi, racun semakin kuat bekerja menebar maut.
Pangeran Wang So memberi hormat  kepada Yang Mulia Raja dan berpamit undur diri. Seisi dunia tampak seakan dikepung kabut yang semakin lama semakin tebal tanpa bentuk saat ia melangkah pergi, pandangannya mulai kabur.Akan tetapi, Pangeran Wang So adalah seorang prajurit tempur, ia  masih mampu berdiri tegak  meninggalkan ruangan hingga darah mulai menetes, sudut bibir pangeran itu kini berwarna  merah. 


Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

--Korowai Buluanop, Mabul: Menyusuri Sungai-sungai

Pagi hari di bulan akhir November 2019, hujan sejak tengah malam belum juga reda kami tim Bangga Papua --Bangun Generasi dan ...